Rabu, 13 April 2011

CONTOH PIDATO smtr 1

Hadirin yang terhormat
Om suastiastu

Yang terhormat bakak rector ikip pgri yang kami muliakan dan ibuk dosen berbicara 1 AA eka sriadi yang kami banggakan dan seluruh peserta yang kami hormati.padsa kesempatan ini saya akan menyampaikan pidato mengenai peran pendidikan di kalangan remaja masa kini
Adapun yang mendorong kami untuk mengkaji lebih dalam mengenai masalah ini yaitu karena seperti kita liat di kalangan masiarakat kita telah banyak para generasi yang kurang mendapat ke adilan dari segi pendidikan yang terutama di daerah2 pedesaan yang lemah akan pendidikan karena keterbatasan perekonomian . dan kita tidak bias menuntut kemungkinaan kalo paktor inilah yang menjadi salah satu penyebab adanya seperti kekerasan atau adanya pergaulan pergaulan yang tidak di inginkan seperti halnya adanya kriminalisasi dan bahkan adanya penggunaan obat2 terlarang seperti narkoba dan sebagainya . karena peran pendidikan di sni sangat berperan penting dalam rangka untuk memanusiakan manusia
Hadirin yang berbahagya……………
seperti kita ketahui telah banyak generasi2 yang menyia- nyiakan masa depanya karena tersangkut dengan pergaulan yang di hadapinya maka dari itu kita sebagai generasi yang mempunyai harapan dan cita2 untuk bangsa ini mari kita berusaha dan melakukan yang terbaik buat diri kita dan bangsa ini kedepan dengn membelajarkan diri yang di mana dengan pengetahuan kita kita bias berjalan kea rah yang lebih baik, karena dengan pendidikan kita juga sangat menentukan masa depa kita.
seperti kita ketahui di Negara tercinta ini telah di publikasikan beberapa % dari generasi kita yang berada di bawah garis kemiskinan sehinga di tidak dapat menikmati dunia pendidikan yang di mana bisa di dapat oleh kalangan kalangan tertentu karena keterbatasan inilah kita biasa di hadapkan pada permasalahan seperti pemakaian obat2 terlarang, minim2an keras dan bahkan yang bersipat krimialisasi, nah pemicu dari hal tersebut terlihat karena adanya keterbatasan paktor pendidikan, perekonomian dan perhatian pemerintah begitu juga paktor lingkungan maka dari itu disini sangat di perlukan peran pendidikan dan orang tua yang bias mengkordinir dan dimana kita sebagai orang tuapun bias memberikan pendekatann moral dan emosional , karena pergaulan bebas itu tidak semata2 terjadi karena keterblakangan mental generasi kita tetapi juga karena adanya kesempatan dan waktu ,.
hadirin yang kami muliakan………
maka dari itu kami mengimbao semua instansi terkait untuk bias berupaya atau melakukan tindakan yang sebagi mana mestiya untuk mengurangi angka kemiskina dan dan juga mengadakan pendekatan pendidikan untuk menekan hal hal seperti itu di tanah air tercinta ini karena bias kita lihat pemicu utama darai permasalahan seperti ini karan lemahnya pendidikan yang di miliki oleh generasi kita, dan kami mengharapkan generasi kita ini adalah generasi yang semestinya mampu membawa perubahan bangsa kea arah yang lebih baik , bagaimana aklao sekarang genesasi kita terhadang dengan permasalahn seperti ini maka masa depan bangsapun akan terancam .
mungkin kita lihat pemerintah kita sekarang ini sudah mengupayakan hal tersebut seperti kita ketahui belakangan ini sering kita lihat di adakanya penyuluhan di suatu suatu sekolah tentang bahaya obat2 terlarang di sana sangat mendukung penekatan angka pergaulan bebas di negeri ini dan kita juga di perkenalkan dengan berbagai macam obat2 terlang tetapi dengan tujuanya kita biasa menghindarkan dari hal hal tersebut. Karena orang yang sundah tercandu dengan obat obatan iseperti itu dia seakan akan hilang daya berpikirnya dan tidak mempunyai harapan kedepan . kalo sekarang semua generasi seperti itu bagaimana jadi nya masa depan bangsa ini karena bangsa kia sangat di tentukan oleh generasi2 kita. untuk itu dalam kesempatan ini kami mengajak semua instansi untuk ikut ambil bagian dalam pemberantasan pergaulan bebas dan penekanaan angka kemiskinan begitu juga dengan melakukan pendekatan pendidikan di kalangan remaja. Dengan demikian pidato pada malam hari ini kami tutup sampe di sini dan apa bila ada kata2 yang kurang berkenan di hati saudara saudarin baik secara di sengaja atau tidak kami mohon maaf yang sebesar2nya dan atas parisipasi saudara2 kami ucapkan banyak trima kasih akhir kata kami ucapkan parame santhih

om santih santh santh om

contoh proposal tugas smtr V

PENGGUNAAN PENDEKATAN PRAGMATIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SMP. 1 ABANG, KARANASEM 2009/201O





OLEH:
INYOMAN ARTANA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI IKIP PGRI BALI
DENPASAR,2009



PRAKATA
Adapun yang mendorong kami untuk mengaji siswa untuk menggunakan pendekatan pragmantik untuk meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP 1 ABANG DI KARANGASEM. karena lemahnya siswa untuk menguasai hal itu maka dari atu di lakukan berbagai pendekatan guna untuk menyelaraskan keterampilan siswa untuk berbicara .dan di sini di tekankan dengan mengunakan berbagai pendekatan yang bisa merangsang siswa untuk lebih memahami hal tersebut, dan guna untuk melahirkan generasi muda yang cerdas ,kritis,kreatip dan berbudaya .dan dalam keterampilan berbicara sangatlah berperan di kalangan masiarakat karena mereka memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, atau perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis. Bahkan, keterampilan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang berbudaya karena sudah terbiasa dan terlatih untuk berkomunikasi dengan pihak lain sesuai dengan konteks dan situasi tutur pada saat dia sedang berbicara.











DAPTAR ISI halaman
Alaman sampul:………………………………………………………..
Prakata : ……………………………………………………………
BAB I : pendahuluan
1. latar belakang………………………………………….
2. rumusan masalah………………………………………
3. tujuan penelitian ……………………………………….
4. mampaat penelitian…………………………………….

BAB II :
5. kajian teori……………………………………………..
BAB III :
6. metode penelitian ……………………………………..
6.1 .lokasi dan subjek penelitian………………………
6.2 Pemecahan masalah……………………………....
6.3 Rencana tindakan ………………………………...
6.4 Tahap pelaksanaan ………………………………
6.5 6.5.cara pengumpulan data…………………………….
6.6 teknik analisis data…………………………………….
6.7 daptar pustaka…………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Salah satu aspek keterampilan melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara berbahasa yang sangat penting peranannya dalam upaya cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang berbicara. Keterampilan yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Selain itu, keterampilan berbicara juga akan mampu kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang melahirkan generasi masa depan yang kritis karena mereka memiliki kemampuan untuk mengekspresikan berbicara juga akan mampu membentuk generasi masa depan dengan gagasan, pikiran, atau perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis. Bahkan, keterampilan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang berbudaya karena sudah terbiasa dan terlatih untuk berkomunikasi dengan pihak lain sesuai dengan konteks dan situasi tutur pada saat dia sedang berbicara Namun, harus diakui secara jujur, keterampilan berbicara di kalangan siswa SMP, khususnya keterampilan berbicara, belum seperti yang diharapkan. Kondisi ini tidak lepas dari proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang dinilai telah gagal dalam membantu siswa terampil berpikir dan berbahasa sekaligus. Yang lebih memprihatinkan, ada pihak yang sangat ekstrim berani mengatakan bahwa tidak ada mata pelajaran Bahasa Indonesia pun siswa dapat berbahasa Indonesia seperti saat ini, asalkan mereka diajari berbicara, membaca, dan menulis oleh guru (Depdiknas 2004:9).
Sementara itu, hasil observasi empirik di lapangan juga menunjukkan fenomena yang hampir sama. Keterampilan berbicara siswa SMP berada pada tingkat yang rendah; diksi (pilihan kata)-nya payah, kalimatnya tidak efektif, struktur tuturannya rancu, alur tuturannya pun tidak runtut dan kohesif.
Demikian juga keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMPN 1 ABANG DI KARANGASEM. Berdasarkan hasil observasi, hanya 20% (8 siswa) dari 40 siswa yang dinilai sudah terampil berbicara dalam situasi formal di depan kelas. Indikator yang digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam berbicara, di antaranya kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata.
Paling tidak, ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam berbicara, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Yang termasuk faktor eksternal, di antaranya pengaruh penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam proses komunikasi sehari-hari, banyak keluarga yang menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah) sebagai bahasa percakapan di lingkungan keluarga. Demikian juga halnya dengan penggunaan bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat. Rata-rata bahasa ibulah yang digunakan sebagai sarana komunikasi. Kalau ada tokoh masyarakat yang menggunakan bahasa Indonesia, pada umumnya belum memperhatikan kaidah-kaidah berbahasa secara baik dan benar. Akibatnya, siswa tidak terbiasa untuk berbahasa Indonesia sesuai dengan konteks dan situasi tutur
Dari faktor internal, pendekatan pembelajaran, metode, media, atau sumber pembelajaran yang digunakan oleh guru memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat keterampilan berbicara bagi siswa SMP. Pada umumnya, guru bahasa Indonesia cenderung menggunakan pendekatan yang konvensional dan miskin inovasi sehingga kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara berlangsung monoton dan membosankan. Para peserta tidak diajak untuk belajar berbahasa, tetapi cenderung diajak belajar tentang bahasa. Artinya, apa yang disajikan oleh guru di kelas bukan bagaimana siswa berbicara sesuai konteks dan situasi tutur, melainkan diajak untuk mempelajari teori tentang berbicara. Akibatnya, keterampilan berbicara hanya sekadar melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional dan kognitif belaka, belum manunggal secara emosional dan afektif. Ini artinya, rendahnya keterampilan berbicara bisa menjadi hambatan serius bagi siswa untuk menjadi siswa yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya
Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia telah menyimpang jauh dari misi sebenarnya. Guru lebih banyak berbicara tentang bahasa (talk about the language) daripada melatih menggunakan bahasa (using language). Dengan kata lain, yang ditekankan adalah penguasaan tentang bahasa (form-focus). Guru bahasa Indonesia lebih banyak berkutat dengan pengajaran tata bahasa, dibandingkan mengajarkan kemampuan berbahasa Indonesia secara nyata (nurhadi 2000)
Jika kondisi pembelajaran semacam itu dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin keterampilan berbicara di kalangan siswa SMP akan terus berada pada aras yang rendah. Para siswa akan terus-menerus mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara lancar, memilih kata (diksi) yang tepat, menyusun struktur kalimat yang efektif, membangun pola penalaran yang masuk akal, dan menjalin kontak mata dengan pihak lain secara komunikatif dan interaktif pada saat berbicara.
Dalam konteks demikian, diperlukan pendekatan pembelajaran keterampilan berbicara yang inovatif dan kreatif, sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Siswa tidak hanya diajak untuk belajar tentang bahasa secara rasional dan kognitif, tetapi juga diajak untuk belajar dan berlatih dalam konteks dan situasi tutur yang sesungguhnya dalam suasana yang dialogis, interaktif, menarik, dan menyenangkan. Dengan cara demikian, siswa tidak akan terpasung dalam suasana pembelajaran yang kaku, monoton, dan membosankan. Pembelajaran keterampilan berbicara pun menjadi sajian materi yang selalu dirindukan dan dinantikan oleh siswa.
Penelitian ini akan difokuskan pada upaya untuk mengatasi faktor internal yang diduga menjadi penyebab rendahnya tingkat kemampuan siswa klas VII-A SMPN 1 ABANG, KARANGASEM, dalam berbicara, yaitu kurangnya inovasi dan kreativitas guru dalam menggunakan pendekatan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara berlangsung monoton dan membosankan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif; aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan adalah pendekatan pragmatik. Melalui pendekatan pragmatik, siswa diajak untuk berbicara dalam konteks dan situasi tutur yang nyata dengan menerapkan prinsip pemakaian bahasa secara komprehensif.
Dalam pendekatan pragmatik, guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan berbahasa di dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah senyatanya.
Prinsip-prinsip pemakaian bahasa yang diterapkan dalam pendekatan pragmatik, yaitu (1) penggunaan bahasa dengan memperhatikan aneka aspek situasi ujaran; (2) penggunaan bahasa dengan memperhatikan prinsip-prinsip kesantunan; (3) penggunaan bahasa dengan memperhatikan prinsip-prinsip kerja sama; dan (4) penggunaan bahasa dengan memperhatikan faktor-faktor penentu tindak komunikatif
Melalui prinsip-prinsip pemakaian bahasa semacam itu, pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara diharapkan mampu membawa siswa ke dalam situasi dan konteks berbahasa yang sesungguhnya sehingga keterampilan berbicara mampu melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional, kognitif, emosional, dan afektif.
Melalui penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara, para siswa SMP akan mampu menumbuhkembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional yang ada dalam dirinya, sehingga kelak mereka mampu berkomunikasi dan berinteraksi sosial secara matang, arif, dan dewasa. Selain itu, mereka juga akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya dalam menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Yang tidak kalah penting, para siswa juga akan mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, mampu menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, serta mampu memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan

2. PERUMUSAN MASALAH
2.1 Langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bagi siswa SMP?
2.2 Apakah penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP?

3. TUJUAN PENELITIAN
3.1 untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bagi siswa SMP;
3.2 untuk memaparkan hasil keterampilan berbicara siswa SMP setelah pendekatan pragmatik digunakan dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia.

4. MAMPAAT PENELITIAN
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.1 Para guru bahasa Indonesia dapat mengetahui langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara, khususnya bagi siswa SMP;
4.2 Keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMPN I ABANG, karangasem, yang menjadi subjek penelitian ini mengalami peningkatan yang signifikan;
4.3 Para guru bahasa Indonesia SMP diharapkan menggunakan pendekatan pragmatik dalam menyajikan aspek keterampilan berbicara, bahkan guru bahasa Indonesia di tingkat satuan pendidikan yang lebih rendah, seperti SD, atau yang lebih tinggi, seperti SMA/SMK/MA, diharapkan juga menggunakan hasil penelitian ini dalam upaya melakukan inovasi pembelajaran Bahasa Indonesia.










BAB II
5. KAJIAN TEORI

Untuk mengkaji penggunaan pendekatan pragmatik dalam meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP digunakan teori yang berkaitan dengan keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP dan teori yang berkaitan dengan pendekatan pragmatik sebagai inovasi tindakan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP.
5.1 Keterampilan berbicara dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Saat ini, arah pembinaan bahasa Indonesia di sekolah dituangkan dalam tujuan pengajaran bahasa Indonesia yang secara eksplisit dinyatakan dalam kurikulum. Secara garis besar, tujuan utama pengajaran bahasa Indonesia adalah agar anak-anak dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Itu berarti agar anak-anak mampu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan baik menggunakan media bahasa Indonesia (Samsuri, 1987 dan Sadtono, 1988).
Melalui harapan tersebut, pengajaran bahasa Indonesia dikelola agar anak-anak memiliki keterampilan-keterampilan praktis berbahasa Indonesia, seperti
1. Menulis laporan ilmiah atau laporan perjalanan
2. Membuat surat lamaran pekerjaan
3. Berbicara di depan umum atau berdiskusi
4. Berpikir kritis dan kreatif dalam membaca
5. Membuat karangan-karangan bebas untuk majalah, koran, surat-surat pembaca, brosur-brosur, dan sebagainya. Apa pun bahan atau aturan-aturan bahasa yang diberikan kepada anak-anak, dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan praktis semacam itu

Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, khususnya tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs secara eksplisit dinyatakan bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.
Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia semacam itu diharapkan:
1. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;
2. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik
dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;
1. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;
2. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah;
3. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan
Adapun tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki kemampuan:
1. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis;
2. menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara;
3. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;
4. menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial;
5. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi
pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa;
1. menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Sedangkan, ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakupi komponen- kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek:
(1) mendengarkan;
(2) berbicara;
(3) membaca; dan
(4) menulis
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa keterampilan berbicara merupakan salah salah satu aspek kemampuan berbahasa yang wajib dikembangkan di SMP. Keterampilan berbicara memiliki posisi dan kedudukan yang setara dengan aspek keterampilan mendengarkan, membaca, dan menulis.
Sementara itu, standar kompetensi dan kompetensi dasar keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP/MTs kelas VII semester berdasarkan Standar Isi dalam lampiran Peraturan Mendiknas Nomor 22/2006 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII Semester I Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Berbicara
2. Mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan berbicara dan menyampaikan pengumuman
2.1 Menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif
2.2. Menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana
Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut dapat disimpulkan bahwa pada semester I, siswa kelas VII SMP diharapkan mampu mengembangkan dua kompetensi dasar, yaitu:
(1) menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif; dan
(2) menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana. Penelitian ini akan difokuskan pada upaya untuk mengembangkan kompetensi dasar siswa kelas VII semester I dalam menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif
Namun, secara jujur harus diakui bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP belum berlangsung seperti yang diharapkan. Pembelajaran Bahasa Indonesia lebih cenderung bersifat teoretis dan kognitif daripada mengajak siswa untuk belajar berbahasa Indonesia dalam konteks dan situasi yang nyata. Akibatnya, apa yang diperoleh siswa di kelas dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tidak bisa diterapkan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pembelajaran Bahasa Indonesia terlepas dari konteks pengalaman dan lingkungan siswa. Hal ini bisa menimbulkan dampak yang cukup serius terhadap keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia dalam peristiwa dan konteks komuF. Metode Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi masalah atau refleksi awal terhadap rendahnya tingkat keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMP N 1 abang karangasem. Berdasarkan refleksi awal ditemukan penyebab rendahnya tingkat keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 abang karangasem, yaitu penggunaan pendekatan pembelajaran yang tidak mampu membawa siswa ke dalam situasi penggunaan bahasa secara nyata atau terlepas dari konteks dan situasi tuturan. Akibatnya, proses pembelajaran berlangsung monoton dan membosankan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang diduga mampu membawa siswa ke dalam situasi penggunaan bahasa secara nyata sehingga siswa memperoleh manfaat praktis untuk diterapkan dalam peristiwa komunikasi seharihari. Berdasarkan penggunaan pendekatan pragmatik yang ditawarkan sebagai solusi, dirumuskan masalah yang akan diteliti, yaitu:
1. Langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bagi siswa SMP; dan
2. Apakah penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP

















BAB III
6. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi masalah atau refleksi awal terhadap rendahnya tingkat keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 ABANG KARANGASASEM. Berdasarkan refleksi awal ditemukan penyebab rendahnya tingkat keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 ABANG KARANGASEM, yaitu penggunaan pendekatan pembelajaran yang tidak mampu membawa siswa ke dalam situasi penggunaan bahasa secara nyata atau terlepas dari konteks dan situasi tuturan. Akibatnya, proses pembelajaran berlangsung monoton dan membosankan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang diduga mampu membawa siswa ke dalam situasi penggunaan bahasa secara nyata sehingga siswa memperoleh manfaat praktis untuk diterapkan dalam peristiwa komunikasi seharihari. Berdasarkan penggunaan pendekatan pragmatik yang ditawarkan sebagai solusi, dirumuskan masalah yang akan diteliti, yaitu:
1. Langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bagi siswa SMP; dan
2. Apakah penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP
Selanjutnya, dirumuskan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
1. untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bagi siswa SMP; dan untuk memaparkan hasil keterampilan berbicara siswa SMP setelah pendekatan pragmatic digunakan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia.
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan observasi, dilakukan analisis data yang diperoleh dari hasil keterampilan berbicara siswa klas VIIA SMP Negeri 1 abang ,karangasem. Data tersebut dibandingkan dengan indikator keberhasilan penggunaan pendekatan pragmatik, yaitu 70% (24 siswa) dari 40 siswa klas VII-A SMP Negeri 1 abang karangasem , terampil berbicara berdasarkan aspek kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata. Bersama kolaborator, peneliti melakukan refleksi terhadap hasil analisis data. Jika hasil analisis data belum menunjukkan hasil yang signifikan, dilakukan refleksi untuk memperbaiki langkah-langkah yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya.
Langkah selanjutnya adalah menyusun replanning (rencana tindakan) untuk siklus II berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan bersama kolaborator. Pada siklus II, peneliti melakukan tindakan sesuai dengan replanning yang telah disusun dengan melibatkan kolaborator untuk mengamati efektivitas pelaksanaan tindakan. Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap data keterampilan berbicara
siswa klas VII-A SMP Negeri 1 abang, karangasem . dibandingkan dengan indikator keberhasilan untuk direfleksi bersama kolaborator. Jika hasilnya belum signifikan, dilakukan replanning untuk siklus III. Jika penggunaan pendekatan pragmatik sudah menunjukkan hasil yang signifikan dengan indikator
keberhasilan, tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Ini artinya, penggunaan pendekatan pragmatik dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa SMP seperti yang telah dirumuskan dalam hipotesis tindakan.
6.1. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian adalah SMP Negeri 1 abang karangasem. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-A SMPN 1 abang karangasem. yang terdiri atas 40 siswa, dengan rincian 18 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.


6.2 Pemecahan Masalah
Seperti telah peneliti kemukakan bahwa masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah rendahnya tingkat keterampilan berbicara, khususnya keterampilan siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 abang karangasem , dalam menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan pilihan kata yang tepat dan kalimat yang efektif.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan refleksi awal, siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 abang karangasem yang dinilai sudah mampu menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif baru sekitar 20% (8 siswa) dari 40 siswa. Data ini masih jauh dari standar ketuntasan belajar minimal secara nasional, yaitu 75%.
Materi pembelajaran berseumber dari standar isi dalam lampiran Peraturan Mendiknas No. 22/2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP seperti pada tabel 7.1 berikut ini. Tabel 7.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menceritakan .
Pengalaman yang Paling Mengesankan dengan Menggunakan Pilihan Kata dan Kalimat Efektif
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Berbicara
.6.2.1 Mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan berbicara dan menyampaikan pengumuman
6.2.1.2 Menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif.
Masalah rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif akan dipecahkan dengan menggunakan pendekatan pragmatik melalui enam langkah, antara lain sebagai berikut:
6.2.1.2.1 Siswa memilih dan mencatat pengalaman mengesankan yang ingin diceritakan.
6.2.1.2.2 Siswa mencatat identitas penutur dan mitra tutur, yaitu orang-orang yang terlibat dalam pengalaman yang akan diceritakan.
6.2.1.2.3 Siswa mencatat konteks tuturan, yaitu latar belakang pengetahuan yang dimiliki penutur dan mitra tutur.
6.2.1.2.4 Siswa mencatat tujuan tuturan, yaitu apa yang ingin dicapai oleh penutur berdasarkan pengalaman yang akan diceritakan.
6.2.1.2.5 Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan verbal berdasarkan hal-hal yang telah dicatat sebelumnya. Bentuk tindakan verbal berupa tindak tutur yang dihasilkan oleh alat ucap, berupa kata-kata dan kalimat.
6.2.1.2.6 Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan nonverbal untuk memperjelas tindakan verbal yang telah dilakukan. Tindakan nonverbal berupa tindak tutur yang dihasilkan melalui kontak mata, mimik, gerak tangan, atau gerak anggota badan yang lain. Secara garis besar, alur penggunaan pendekatan pragmatik yang digunakan untuk memecahkan masalah rendahnya tingkat keterampilan siswa kelas VII-A SMP 1 ABANG KARANGASEM
Melalui alur penggunaan pendekatan pragmatik tersebut, siswa diharapkan dapat menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan pilihan kata yang tepat dan kalimat yang efektif sesuai konteks dan situasi tutur. Artinya, pilihan kata dan struktur kalimat yang digunakan dalam berbicara sangat ditentukan oleh konteks dan situasi tutur yang telah ditentukan oleh siswa. Pendekatan ini memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memilih dan menentukan pengalaman yang hendak diceritakan, sedangkan guru hanya memberikan rambu-rambu sebagai pedoman bagi siswa dalam berbicara.
6.3 Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang akan dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 abang karangasem,dalam menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan pilihan kata dan kalimat yang efektif, antara lain sebagai berikut.
6.3.1
Guru menyusun silabus berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar keterampilan berbicara mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP Kelas VII semester I seperti yang tercantum dalam Standar Isi (lampiran Permendiknas No. 22/2006). Dalam silabus dicantumkan nama sekolah, identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas/semester, komponen, aspek, dan standar kompetensi), kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan belajar, indikator, penilaian (teknik, bentuk, dan contoh instrumen), alokasi waktu, dan sumber/media belajar.
6.3.2
Guru mengembangkan silabus Menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat komponen: nama sekolah, identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas/semester, komponen, aspek, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu), tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkahlangkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, penilaian dan pedoman penilaian………….
6.4 Tahap Pelaksanaan
Tahap-tahap yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan terinci sebagai berikut.
6.4.1 Tahap Persiapan Tindakan
Pada tahap persiapan tindakan, peneliti yang sekaligus sebagai guru menyiapkan silabus, RPP, instrumen, sumber belajar, dan media belajar yang digunakan untuk mendukung efektivitas pelaksanaan tindakan.
6.4.2 Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan tindakan sesuai rencana yang tersusun dalam RPP. Secara garis besar, tindakan yang dilaksanakan pada setiap siklus sesuai dengan yang tersusun dalam RPP antara lain sebagai berikut.
6.4.2.1 Tindakan Awal
6.4.2.1.1
Apersepsi: peneliti mengaitkan materi pembelajaran tentang dengan pengalaman siswa.
6.4.2.1.2
Motivasi: peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar gemar menceritakan pengalaman yang mengesankan kepada orang lain.
6.4.2.2Tindakan Inti
6.4.2.2.1
Siswa menyimak contoh cerita pengalaman yang mengesankan yang disampaikan oleh peneliti.
6..4.2.2.2
Siswa melakukan tanya jawab dengan guru dan teman sekelas untuk menentukan langkah-langkah menceritakan pengalaman mengesankan berdasarkan contoh cerita yang disimak.
6..4.2.2.3
Siswa memilih dan mencatat pengalaman mengesankan yang ingin diceritakan.
6..4.2.2.4
Siswa mencatat identitas penutur dan mitra tutur, yaitu orang-orang yang terlibat dalam pengalaman yang akan diceritakan.
6..4.2.2.5
Siswa mencatat konteks tuturan, yaitu latar belakang pengetahuan yang dimiliki penutur dan mitra tutur.
6..4.2.2.6
Siswa mencatat tujuan tuturan, yaitu apa yang ingin dicapai oleh penutur berdasarkan pengalaman yang akan diceritakan.
6..4.2.2.7
Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan verbal berdasarkan halhal yang telah dicatat sebelumnya.
6..4.2.2.8
Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan nonverbal untuk memperjelas tindakan verbal yang telah dilakukan.
6.4.2.3Tindakan Akhir
6..4.2.3.1
Siswa bersama peneliti menyimpulkan cara menceritakan pengalaman mengesankan dengan pilihan kata yang tepat dan kalimat yang efektif.
6..4.2.3.2
Siswa bersama peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui kesan siswa ketika menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan pendekatan prgmatik.
6.4.3 Pelaksanaan Pengamatan
Ketika peneliti melaksanakan tindakan, anggota peneliti sebagai kolaborator melakukan pengamatan terhadap situasi yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang perlu diamati dan dicatat oleh kolaborator dalam lembar observasi, di antaranya:
1. respon siswa,
2. perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran;
1. keterampilan guru dalam menggunakan pendekatan pragmatik, baik dalam tindakan awal, tindakan inti, maupun tindakan akhir; dan
1. kesesuaian antara rencana dan implementasi tindakan.
6.4.4 Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang diperoleh berdasarkan unjuk kerja yang dilakukan siswa ketika menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan pilihan kata dan kalimat yang efektif. Unsur-unsur yang dianalisis, yaitu kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata, keefektifan kalimat, kelogisan penalaran, dan kemampuan menjalin kontak mata. Berdasarkan hasil analisis data akan diketahui unsur-unsur mana saja yang masih menjadi hambatan siswa dalam menceritakan pengalamannya yang mengesankan.
Hasil analisis data tersebut juga sangat penting dan berharga sebagai bahan untuk melakukan refleksi bersama kolaborator. Pada saat melakukan refleksi, kolaborator memberikan masukan kepada peneliti berdasarkan hasil pengamatan yang telah dicatat untuk melakukan langkah-langkah perbaikan pada siklus berikutnya.
Penelitian tidak perlu dilakukan lagi pada siklus berikutnya jika hasil analisis data menunjukkan pengingkatan yang signifikan sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan, yaitu 70% (28 siswa) dari 40 siswa klas VII-A SMP Negeri 1 abang karangasem terampil berbicara berdasarkan aspek kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata.

6.5 Cara Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang valid, data dikumpulkan melalui cara/teknik berikut ini:
6.5.1Tes
Teknik tes digunakan untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam menceritakan pengalaman yang mengesankan kepada orang lain. Aspek-aspek yang dinilai, yaitu kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata.
6.5.2 Nontes
Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
6.5.2.1 Observasi (pengamatan): teknik ini digunakan oleh kolaborator untuk mengobservasi pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti.
6.5.2.2 Wawancara: teknik ini digunakan oleh peneliti dan kolaborator untuk mengetahui respon siswa secara langsung dalam berbicara dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Wawancara terutama dilakukan kepada siswa yang menonjol karena kelebihan atau kekurangannya. Pelaksanaan wawancara dilakukan di luar kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pedoman wawancara.
6.5.2.3Jurnal: teknik ini digunakan oleh peneliti setiap kali selesai mengimplementasikan tindakan. Jurnal tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi diri bagi peneliti untuk mengungkap aspek:
1. respon siswa terhadap penggunaan pendekatan pragmatik;
2. situasi pembelajaran; dan
3. kekurangpuasan peneliti terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Selain peneliti, siswa juga membuat jurnal setiap kali mengikuti kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk mengungkapkan:
(1) respon siswa (baik yang positif maupun negatif) terhadap penggunaan pendekatan pragmatik;
(2) metode pembelajaran yang disukai siswa; dan
(3) kemampuan peneliti dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
6.6. Teknik Analisis Data
Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik tabulasi data secara kuantitatif berdasarkan hasil tindakan yang dilaksanakan pada setiap siklus. Hasil tindakan pada setiap siklus dibandingkan dengan hasil tes awal untuk mengetahui persentase peningkatan keterampilan siswa kelas VII-A SMPN 1 abang karangasem, dalam menceritakan pengalaman yang mengesankan.
Pada setiap siklus dideskripsikan jumlah skor yang diperoleh semua siswa, daya serap, dan rata-rata skor untuk aspek kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata. Selain itu, juga dideskripsikan jumlah skor, jumlah nilai, rata-rata nilai, dan tingkat daya serap, dan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus.

6.7. DAPTAR FUSTAKA
Alisjahbana ,st.takdir;1978 tata bahasa baru bahasa indinesia 1 jakarta,dian rakyat
Masinambouw,E.K.M.(ed);1980.kata majemuk- beberepa sumbangan pikiran :PSUL
Leeckgeoffrey;1976 semantik1. ultrechta nwerpen :het spectrum.
purnama sari,igusti; 2009. unsure-unsur pembentukan proposal denpasar: unipersitas udayanac
Anttila ,raimon ;1972.anintroduction to historical and comparative linguistics.new york-london;the Macmillan co .

PEMBINAAN PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA DALAM GBPP MENULIS

PEMBINAAN PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA DALAM GBPP MENULIS
2009/201O





OLEH:
I NYOMAN ARTANA



JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI IKIP PGRI BALI
DENPASAR 2010
Kata pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadapan tuhan yang maha es atas berkat rahmat beliao tugas karya tulis ini dapat kami selesaikan pada waktu yang telah di tentukan .saya juga ucapkan terimakasih ke pada bapak dosen I wayan sugata atas bimbingannya sehingga tugas ini dapat terselesaikan dan juga saya ucapkan trimakasih kepada temen temen yang telah menyumbangkan ide ataupun sarannya yang bisa membangun kami untuk menyelesaikan tugas saya ini . dan saya juga ucapkan terimakasih kepada dewan guru di smp 2 amlapura yang telah membantu saya dan menyumbangkan ilmuya untuk menyelesaikan peper saya Ini .dan saya sadari bahwa peper saya ini masih jauh dari sempurna dan saya mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bisa membangun ,dan memberi masukan pada saya.
Dan saya juga tak lupa mengucapkan trimaksi atas emua masukanya






Denpasar…………….

( I nyoman artana )







BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di susun untuk meningkatkan kopetensi berbahasa Indonesia secara nasional.saat ini berbagai impormasi dan kemajuan ilmu pengetahuan hadir dan tidak dapat di cegah . sebagai masiarakat hal itu sangat bermampaat bagi ke hidupan .
Setandar kopetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu sarana yang dapat mengakses berbagai sarana impormasi dan kemajuan tersebut.untuk kemahiran berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara lisan dan tertulis hara benar-benar di miliki dan di tingkatkan
Adapun yang melatar belakangi kami untuk mengkaji lebih jauh mengenai kopetensi dasar menulis proposal dalam berbagai keperluan, di SMA 2 Amlapura, yaitu seperti kita ketahui bahwa di dalam kita melanjutkan jenjang pendidikan atu melanjutkan ke perguruan tinggi apalagi mengambil jursan bahasa maka disana di hadapkan pada membuatan proposala di dalm penyelesain perkuiahan atu pada jenjang penyusunan sekripsi
Dari permasalahan ini saya mengkat masalah tentang penulisan proposal yang sesuai dengan unsur-unsur yang membangun dari proposal tersebut

I.2 Ruang lingkup penelitian

Disini saya akan meneliti tentang bagai mana cara penulisan proposal yang benar oleh siswa sma 2 amlapura jurusan bahasa kelas x,dan memperhatikan beberapa kaidah atau unsur-unsur yang ada dalam pembuatan proposal itu sendiri. Dan hal -hal yang kami kaji di sinipun yang menyangkup ruanglingkup dari proposal itu sendiri baik dari pengertian proposal kegiatan maupun proposal penelitian baik unsur-unsur yang membangun dan perbedaan dari proposal penelitian dan proposal kegiatatan


I.3 Tujuan penelitian

Di dalam tujuan penelitian saya akan menentukan hal-hal sebagai berikut

- agar mengetahui hasis siswa dalam menulis dan mengidentipikasikan unsure- unsur proposal
- sebagai tolak ukur kemampuan siswa
- garar siswa mampu nantina suatu ketika mengajukan proposal baik dalam melakukan kegiatan maupun penelitian

I.4 Rumusan masalah
Masalah yang di hadapi siswa ini adalah:

- apa itu pengertian proposal?
- Apa saja unsure-unsur yang terdapat dalam proposal penelitian ?
- Bagaimana pormat penulisan proposal yang benar?
- Kapan proposal itu di perlukan ?
- Apa prbedaan proposal penelitian dengan proposal kegiatan?

Dari sini saya menemui kesulitan seperti di atas untuk itu saya melakukan survey ke SMA 2 Amlapura terutama pada kelas x jurusan bahasa.










BAB II
PEMBAHASAN


II.1 .Pengertian proposal

Proposal di sini mempunyai arti suatu rencana yang di tuangkan atau di kemukakan dalam bentuk rancangan kerja dengan tujuan untuk memperoleh persetujuan dari pihak terkait.

II.2.Unsur-unsur yang terdapat dalam proposal penelitian
Bab 1

- latarbelakang adalah apa yang melatar belakangi kita mengapa penelitian atau kegiatan itu perlu kita lakukan
- rumusan masalah adalah suatu upaya yang di lakukan untuk menyatakan secara tegas dan tersuran mengenai pertanyaan-pertanyaan yang akan di cari jawabanya lewat penelitian atau kegiatan
- tujuan penelitian adalah apa yang menjadi target atau harapan akhir dri di adakan penelitian itu
- mampaat penelitian adalah disini berbeda dengan tujuan peneliti dalam mampaat penelitian mampaat apakah yang bisa di petik oleh pihak lain setelah penelitian itu di selesaykan .
- ruang lingkup adalah sebai batasan dalam suatu penelitian dan ruanglingkup ini kadang di perlukan kadang tidak apabila masalh penelitian masih terlalu luas maka ruang lingkup ini di perlukan dalam suatu penelitian .
- asumsi adalah anggapan angapan yang mendasari suatu penelitian itu namun asumsi ini tidak di teliti dan tidak perlu di buktika kebenaranya.


Bab 2

- kajian teori adalah penjelasan tentang objek –objek atau pariabel dan kajian teori wajib di lakukan dalam suatu penelitian karma kajian teori dapat membeikan penjelasan tentang pariabel yang akan kita teliti

bab 3

- metode penelitian adalah langkah- langkah yang kita tempuh dalam upaya menjawab rumusan masalah dalam penelitian
- daptar pustaka adalah daptar yang berisi judul buku atau artikel dan . bahan-bahan penerbitan yang lainya yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan

II.3. Bagaimana pormat proposal penelitian yang benar?

dalam proposal penelitiann dalam halaman pertama terdapat yang namanya:
I. halaman sampul
II. judul penelitian
III. logo lembaga(bila ada)
IV. nama peneliti
V. program study(bila ada)
VI. bidang ilmu
VII. jurusan (bila ada)
VIII. fakultas(bila ada)
IX. lembaga
X. bulan dan tahun
XI. prakat

bab I

1.1 latarbelakang
1.2 rumusan masalah
1.3 tujuan penelitian
1.4 mampaat penelitian
1.5 ruanglingkup
1.6 asumsi

bab II
2.1 kajian teori

bab III

3.1. Metode penelitian

3.1.1 metode pengumpulan data
3.1.2 metode analisis data
3.1.3 metode penentuan subjek penelitian

2.2 daptar pustaka

II.4. kapan proposal itu di perlukan?

Proposal ini akan di perlukan dalam rangka kita memintak persetujuan kepada pihak terkait yang di mana kita terlebih daulu mengajukan proposal tersebut. Dan apabila kita sebagai mahaswa yang di mana di akhir pembelajarankita di hadapkan pada proses penyusunan sekripsi dan ini di wajibkan dalam suatu perguruan tingi .maka dari itu terlebih dahulu sebelum kita melanjut ke tahap penyusunan sekripsi maka kita di wajibkan untuk mengajukan proposal terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan dan apabila proposal itu telah di setujui maka barulah kita meranjak ke penyusunan skripsi.dan proposal ini juga bisa di lakukan dalam rangka pemohonan pinjaman uang pada salah satu bank.dan apabila kita sebagai swa akan melakukan suatu kegiatan di sekolah maka maka kita di wajibkan untuk mengajukan proposal kepada guru yang bersangkutan untuk mendaptkan persetujua.
II.5..Apa perbedaan proposal kegiatan dengan proposal penelitian?

Mungkin dalam unsur-unsur proposal penelitian kita sudah bisa liat di atas , disini secara umum bahwa proposal penelitian dengan proposl kegiatan mungkin mempunyai ruang lingkup yang berbeda yang di mana proposal kegiatan mempuyai ruanglingkup yang lebih sempit. Dan di dalam unsur-unsurya juga sangat berbeda dalam unsure proposal penelitian mungkin terdapat kajian teori , metode,begitu juga daptar pustaka. Namun di dalam proposal kegiatan unsure-unsur tersebut tidak ada melainkan terdapat unsur-unsur seperti angaran dana ,panitia pelaksana,jenis kegiatan dan penutup.

II.6. Teori

Teori yang di lakukan dalam penyelesaian makalah ini adalah teori pendekatan subjek penelitian yang di mana peneliti terlibat langsung kelapakan untuk mendapatkan data yang semaksimal mungkin dan akurat

II.7. Metode pendekatan

Dalam hal ini saya mengunakan metode pendekatan obserpasi , di sini di harapkan saya ikut terlibat terjun ke lapangan untuk melihat subjek penelitianya. Karena saya perlu mengukur kemampuan dari subjek yang saya teliti
Bersamaan dengan metode obserpasi perlu di ketahui keterampilan menulis sangat perlu karena di sini pembuatan atau penulisan proposal merupakan bagian dari setandar kopetensi menulis.

II.8. Pengolahan data

Pengolahan data yang saya lakukan dalam kegiatan penelitian di sma 2 kelas x jurusan bahasa di amlapura ini adalah saya melibatkan keterkaitan para dewan guru yang membantu mendampingi saya dalam obserpasi di dalam kelas yang bersangkutan .saya memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan penulisan proposal sehinga dapat saya simpulkan di antara 40 siswa kelas x jurusan bahasa saya dapatka 24 siswa yang masih belum mencapai rata rata maksimal maka dari itu siswa yang 24 ini saya nyatakan sebagai subjek penelitian karena mempunyai rata rata yang rendah di dalam penulisan proposal.

BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Dari kegiatan penelitian saya ini dapat saya simpulkan bahwa 65% siswa yang masih mempunya hambatan dalam penulisan proposal untuk itu di harapkan lebih meningkatkan kualitas dri penulisan tersebut dan yang paling penting kita harus bisa memperhatikan betul hal-hal atau unsur-unsur yang membangn proposal itu.dan kita di harapkan dalam merumuskan permasalahan penelitian harus mempunyai keterkaitan denga judul penelitian itu sendiri.

III.2. Daftar pustaka

- Timpenyusun.1997.pendidikan bahasa Indonesia.yogyakarta:upp ikip yogyakata
- Tim penyusun.2003.standar kopetensi pelajaran bahasa indinesia smk .draf final kurikulum smk 2004.jakarta: departemen pendidikan nasional
- tohari,ahmad.1986.jentera bianglala.jakata :gramedia
- adi,gus.2007.sekripsi ikip pgri. Denpasar:perepustakaan ikip pgri

telaah buku teks

Nama : I Nyoman Artana
Kelas : v A
Nim : 2007.1.II 0025



TELAAH BUKU TEKS

JUDUL BUKU : BAHASA INDONESIA YUDISTIRA
SEBAGAI BUKU PANDUAN : SMK PGRI KLUNGKUNG
BUKU TEKS KELAS : KELAS X,SMTR 1 dan 2
EDISI BUKU : 2007
PENYUSUN BUKU : drs.nanang chairul anwar,m.p dan
Ade husnul mawadah ,M .hum


Dalam buku ini adapun yang akan kami telaah yaitu :
1. mengenai organisai dan sistematiaka
2. a. kesesuaian isi dengan silabus
b. kesesuaian pengembangan materi dengan tema
c. kesesuaian tingkat kesulitan materi dengan perkembangan kognitip awal
3. penggunaan bahasa yang tepat
4. keserasian gambar dengan wacana
5. dari segi moral dan haklat
6. idiom tabu kedaerahan





1. MENGENAI ORGANISASI DAN SISTEMATIKANYA

KEGIATAN BELAJAR 1
MENYIMAK PENDAPAT ORANG LAIN
A. pengertian menyimak
B. memahami lapel ,tekanan intonasi dan jeda

KEGIATAN BELAJAR 2
AYO, MEMBACA
A. pengertian membaca
B. membaca cepet
C. memahami jenis impormasi tulis
D. memahami impormasi non verbal/ visual
E. mengubah impormasi verbal menjadi non verbal
F. membuat catatan kesimpulan

KEGIATAN BELAJAR 3
BERMAIN DRAMA
A. membuat simpulan
B. melapalkan kata dengan artikulasi yan g tepat
C. mengucapkan kalimat dengan jelas ,lancer bernalar,dan wajar.
D. Memilih kata ,bentuk kata dan ungkapan yang tepat

KEGIATAN BELAJAR 4
APRESIASI BAHASA
A. memampaatkan kelas kata
B. menggunakan sinonom dalam paragraph




KEGIATAN BELAJAR 5
TEKNOLOGI IMPORMASI
A. membedakan pakta dan opini
B. memahami pemerian
C. memahami sumber impormasi
D. membedakan ragam bahasa dengan laras bahasa
E. membedakan proses dan hasil

KEGIATAN BELAJAR 6
MEMPERKENALKAN DIRI DALAM PORUM RESMI
A. Memilih kata bentuk kata dan ungkapan yang tepat
B. Kalimat efektif

KEGIATAN BELAJAR 7
MENULIS KREATIF
A. perencanaan karangan
B. langkah-langkah mengarang
C. karangan narasi
D. karangan deskripsi
E. karangan eksposisi

KEGIATAN BELAJAR 8
KOMUNIKASI VERBAL
A. kalimat komunikatif
B. membedakan pola intonasi ,tekanan ,nada , irama,dan jeda.
C. Ketepatan pengucapan





KEGIATAN BELAJAR 9
MEMBUAT PERTANYAAN UNTUK WAWANCARA
A. kalimat Tanya
B. membuat kalimat Tanya
C. kalimat Tanya retorik

KEGIATAN BELAJAR 10
APRESIASI SASTRA
A. apresiasi sastra
B. prosa dan puisi

di dalam sistematika buku teks ini dilihat dari kopetensi dasar silabus yang bersangkutan dengan buku tek tersebut secara keseluruhan dari kegiatan pembelajaran 1 sampai dengan 10 sudah sesuai namun terdapat beberapa ketidak cocokan mengenai urutan pertemuan antara silabus dengan buku teks tersebut.


2. a. KESESUAIAN ISI DENGAN SILABUS
Dalam buku teks ini kesesuaian antara isi dengan silabus mungkin kurang sesuai yang dimana kegiataan belajar 2 terdapat pembahasan mengenai”impormasi non verbal/visual atau mengubah impormasi verbal menjadi non verbal” tetapi di dalam silabus tidak di bahas mengenai hal tersebut dan di dalam kegiatan belajar 3 juga terdapat di dalam buku teks mengenai pembahasan tentang pembuatan simpulan namun di dalam silabus tidak di bahas mengenai hal tersebu






b. KESESUAIN PENGEMBANGAN MATERI DENGAN TEMA
Dalam buku ini saya lihat bahwa antara tema dengan pengembangan materinya kurang sesuai yang di mana dalam kegiatan belajar 3 mengenai BERMAIN DRAMA mungkin alangkah baiknya di dalam buku itu mengenalkan siswa pada pengertian drama atau unsure-unsur drama tetapi dalam buku tersebut tidak terdapat hal itu melainkan di dalam buku ini lebih menekankan pada pemilihan kata ,bentuk kata dan ungkapan yang tepat memang hal ini juga sangat penting dalam suatu pementasan drama tetapi alangkah bagusnya kita terlebih dahulu siswa di kenalkan pada arti dan pengertian drama tersebut.begitu juga saya lihat dalam kegiatan belajar 10 mengenai apresiasi sastra di dalam buku teks ini sama sekali tidak di bahas mengenai pengertian sastra tersebut.

c. KESESUAIN TINGKAT KESULITAN MATERI
Di dalam buku ini terdapat beberapa kesulitan terlihat dalam pembelajaran membaca cepat yang di mana menuntut siswauntuk melatih organ mata yang mungkin tak pernah di bayangkan oleh siswa ,dan di dalam membaca cepat juga mendapat sedikit kesulitan dalam evaluasinya karena di sana tidak bisa hanya saja pada pengenalan pada materi saja , mengenai kegiataan membaca cepat kita harus di tuntut untuk lebih menekankan praktek dan evaluasi supaya dapat di ketahui seberapa tingkat kemajuan siswa itu sendiri.

3. PENGUNAAN BAHASA YANG MUDAH DI PAHAMI
Dalam penggunaan bahasa dalam buku ini saya lihat sudah cukup sesuai dan begitu juga menggunakan bahasa yang mudah di mengerti oleh pembaca , dan di dalam buku ini juga sudah sesuai dengan kaidah atau prosudur penggunaan EYD





4. KESESUAIAN GAMBAR DENGAN WACANA
Dalam buku ini saya lihat antara kesesuain wacana dengan gambar sudah cukup sesuai di lihat dari kegiatan pembelajaran 1,,3 ,4,5,6,,7,8,9,10 namun dalam kegiatan pembelajaran 2 mungkin di sini saya lihat ada sedikit ke tidak sesuaian yang di mana dalam kegiatan belajar MEMBACA , terlihat dalam gambar 2.2 dimana di sana dalam gambar seorang ayah bersamma anaknya sedang melakukan kegiatan membaca di sebuah lahan pertanian yang di mana di sana terlihat seorang anak sedang menemani ayahnya yang sedang melakukan aktipitas disawah ,dan menyempatkan diri untuk mengambil sebuah bacaan di dalam sela -sela kesibukanya , tetapi didalam wacana tersebut menjelaskan bahwa lemahnya budaya membaca di negeri ini yang dimana para generasi skarang tidak mengikuti langkah atau semangat ploklamator kita yang sangat aktip dengan budaya membacanya karena dengan budaya membacalah para ploklamator kita mendapatkan pengetahuan pengetahuan yang di jadikan bekal untuk menjalankan pemerintahan ini .menurut saya seperti apa yang ada dalam wacana itu mungkin gambar itu kurang sesuai dan mungkin alangkah sesuainya kalo di dalam gambar itu salah seorang tokoh ploklamator kita melakukan kegiatan membaca di sela -sela kesibukanya menjalankan pemerintahan .


5. DARI SEGI MORAL DAN HAKLAT
Dalam buku ini saya temukan ada ketidak sesuain mengenai aklat dan norma yang di mana dalam buku teks ini terlihat dalam kegiatan pembelajaran 3 di dalam uji kopetensinya dimana di sana terdapat berbagai soal yang mempunyai pilihan jawaban salah satunya yang kurang sesuai seperti dalam pilihan B.” ia/adalah seorang pedagang perempuan “
Yang di mana jeda dalam penggunaan kalimat itu terdapat pada kata” ia “ disini kurang sesuai karena bahwa ia di sana mencerminkan seorang pedagang wanita atau germo


6. DARI SEGI IDIOM TABU KE DAERAHAN
Dimana di dalam buku ini terdapat ketidak sesuaian dengan idiom ke daerahan terdapat dalam kegiatan belajar 5 di dalam wacana “perkembangan telepon seluler” yang di mana di sana di uraikan bahwa telpon seluler teah berkembang sejak lama di negeri amerika dan eropa sejak tahun 1910 tetapi setelah munculnya peria asal swedia yang bernama hars magnus ericcson menerbitkan sebuah seluler baru yang bernama ericcson disana di jelaskan bahwa karya karya bangsa eropa atau amerika tidak sebagus karya ericcsn itu tadi dan menurut saya dengan membeda-bedakan suatu karya Negara dengan Negara lain dapat menimbulkan perpecahan terhadap Negara bersangkutan yang di mana di sana mempunyai kesan menjatuhkan karya Negara eropa atau ameriaka dalam bidang alat komunikasai berupa telpon seluler.

tugas menulis

LATIHAN (HAL.14)

MENAMBAL BAN SEPEDA

Seperti kita ketahui di kalangan masiarakat masa kini telah banyak masyarakat pengguna sepeda motor dan sudah barang tentu kita akan di hadapkan pada kendala pecahna ban sepeda kita,dalam antisipasi kita harus memperhatikan ban dengan teliti agar tidak mudah pecah.
Untuk tahap penambalan ban dengan baik di butuhkan berbagai peralatan berupa potongan ban bekas yang nantiya di pakai menambal begitu juga di perlukan lem perekat dan juga alat pemanas yang di rancang sedemikin rupa, dan tahap penambalan di sini adalah oleskan lem perekat pada kedua sisi ban usahakan potongan ban bekas tersebut tepat pada lobang ban yang bocor dan letakan ban di atas alat pemanas dengan posisi yang tepat secara hati-hati dan tekanlah ban tersebut dengan alat yang sudah di rancang sedemikian rupa setelah tahap ini selesay lalu nyalakan alat pemanas 5 hingga 10 menit.
Secara terperinci tahap penambalan biasa di susun sebagai berikut
1. bersihkan bagian ban yang bocor supaya bener-benar bersih lalu ambilkan potongan ban bekas dan gunting sedemikian rupa untuk bias menutupi bagian ban yang bocor
2. peganglah ban yang bocor dengan tangan kiri lalu oleskan bahan perekat di bagian ban yang bocor dengan tangan kanan lalu tempelkan ke dua bagian ban itu secara hati-hati
3. ambil alat pemanas dan ban yang sudah di rekatkan itu di pegang oleh tangan kiri lalu ban di letakan di atas alat pemanas dengan posisi yang tepat dan tangan kanan memuter alat pemanas supaya menekan bagian ban yang bocor dengan erat
4. nyalakan alat pemanas dan tunggu selama 5 sampai 10 menit
5. setelah 5 atau 10 menit matikan mesin pemanas apabila ban penambal sudah merekat lepaskan tekanan mesin pemanas itu secara perlahan setelah itu letakan bagian ban yang di panaskan pada air yang dingin kuranglebih satu menit dan ban pun sudah siap di pasang lagi.

Demikianlah cara menambal ban yang di anggap memenuhi sarat. Apabila ingin ban tersebut dapat di gunakan dengan jangka waktu yang lama maka di sarankan untuk memilih medan jalan yang bagus karna ban sangat mudah bucor apabila medan jalan yang di laui tidak bersahabat

TUGAS (HAL.15)

1. PEMBUATAN PATUNG BATU DAN KAYU

Patung merupakan suatu seni atau karya sastra yang mempunyai nilai spiritual yang kuat yang bisa di pecaya oleh masiarakat sekitar,dan patung ini juga dpat kita lihat di kalangan masiarakat bali sebagai sarana atau simbul dari perujudan dewa, Patung ini terbuat ada yang dari batu dan ada juga yang dari kayu.
Untuk membuat patung ini di perlukan sepotong batu atau kayu yang nantinya akan di jadikan patung itu dan juga di perlukan berbagai macam pahat yang akan di gunakan untuk membentuk dari potongan batu atau kayu tersebut dan dalam pembuatan patung terlebih kita memperhatikan cara memmegang pahat yang benar pertama-tama pegang pahat memekai tangan kiri dan arahkan pahat pada objek yang akan di pahat lalu pukul secara berlahan pangkal pahat se iring memuku tangan kiri yang memegang pahat mengarahkan gerakan pahat sesuai dengan gambar yang di inginkan dan pembuatan patung dapat juga di lakukan dengan langkah langkah sebagai berikut:
- letakkan potongan balok atau batu pada posisi yang tegak dan pas yakinkan balok tidak akan goyang bila di pukul
- peganglah alat pemukul menggunakan tangan kanan dan tangan kiripun memegang pahat yang telah di arahkan pada potongan balok yang akan di jadikan patung
- bentuklah balok sesuai sketsa yang di inginkannya
- setelah balok berbentuk sesuai yang di inginkanya kita memerlukan tahap trakhir yaitu pnghalusan dengan menggunakan amplas di sana kita harus berhati-hati jangan sampe dalam tahap penghalusan merubah bentuk patung yang di inginkan karma apabila tekanan tangan kita pada tahap pengamplasan semakin kencang maka bisa merubah bentuk patung yang kita inginkan
Demikianlah cara pembuatan patung yang yang tepat dan apabila kita menginginkan hasil patung yang maksimal maka kita bisa memberi warna patung yang telah jadi itu sesuai dengan warna yang kita inginkan dan agar saudara ingin menghasilkan patung yang maksimal maka alangkah baiknya saudara memperhatikan langkah2 di atas.

2. PROSES TERJADINYA TANAH LONGSOR

Tanah longsor sering terjadi pada musim sekarang ini yang di mana sangat meresahkan masiarakat di daerah pegunugan,seperti kita ketahu hal ini sering terjadi karena melihat lingkungan di sekitar kita sudah tidak bersahabat lagi bahkan telah banya hutan -hutan yang gundul yang sangat memicu terjadinya tanah longsor.
Belakangan ini telah di adakany penataan lingkungan dan diadakanya sosialisasi tentang pentingnya hutn lindung di lingkungan kita ini .pemicu utama dari terjadinya tanah longsor itu adala sedikitnya pepohonan di lingkungan kita dan adanya hujan lebat yang melanda daratan.
Secara jelas dapat kami depinisikan terjadinya tanah longsor itu terjadi karena:
- terjadinya uapan air laut yang mengakibatkan terjadsinya huja yang sangat deras hinga membasahi daerah daratan terutama yang berada di dataran tingi secara otomatis rentan terjadinya longsor
- gundulya hutan lindung di dataran tinggi yang bersangakutan
- hujan deras yang berkepanjangan mengakibatkan tanah dataran tinggi akan menjadi berlumpur dan apabila tanah yang sudah berlumpur akan mudah terjadinya pelelehan tanah tersebut maka dari itu karna pelelehan itulah yang mengakibatkan terjadinya banjir karna tidak ada ranting-ranting pepohonan yang menguatkan tanah tersebut.

Demikianlah proses terjadinya tanah longsor yang di mana hal ini semestinya bisa di tanggulangi dengan cara kita sebagai masiarakat ikut memperhatikan lingkungan atau menanam pepohon di areal kawasan rentan banjir karena dengan adanya banyak pepohonan di daerah dataran tinggi kita dapa setidaknya mengantisipasi terjadinya tanah longsor


LATIHAN.(HAL.26)

1. SEPEDA, SEPEDA MOTOR

Masyarakat masa kini telah banyak yang menggunakan alat transportasi berupa sepeda motor. Sepeda motor dapat mempermudah kita dalam rangka bepregian jauh yang biasa terhindar atau mengantisipasi terjadinya kemacetan di jalan raya
Sepeda motor merupakan alat transportasi yang telah banyak beredar di masiarakat sepeda motor ini di buat dengan ampir bagianya terbuat dari besi yang mempunyai tingkat kemurnian yang tinggi ,dan di bagian luarpun terdapat beberapa alat yang memakai bahan pelastik
Pada garis besarnya sepeda motor dapat di bagi menjadi tiga bagian : bagian kaki atau roda ,bagian mesin dan bagian dex atau cover body.Bagian roda yaitu bagian yang paling bawah yang berentuk lingkaran dalm sepeda motor ini bagian roda ini dapat berpungsi sebagai kendali mesin atau penggerak dari sepeda motor tersebut,dan di bagian mesin terdapat bagian blok mesin yang di buat dari besi yang sangat kuat dan di dalam mesin tersebut terdapat beberapa bagian atau has panjang yang berpungsi memegang dengan kuat mesin tersebut supaya tidak jatuh dan juga terdapat berupa saluran udara terletak di bagian bawah mesin atau yang sering di sebut dengan kenalpot.dan di dalam bagian dex atau kaver body disana terdapat alat berupa plastik yang menutupi dari semua rangka-rangka yang terbuat dari besi tersebut agar lebih enak di pandang dan dalam penyervisanya kita juga lebih mudah membukanya dan di lengkapi denan stop kontak yang memudakan untuk menyalakanya.
Apabila tombol di pencet maka mesin akan secara otomatis menyala dan apabila kita menekan perseneleng maka secara otomatis pengubung antara roda dengan mesin itu berputar, apabila kita menekan dua kali dari perseneleng tersebut maka tekanan rantai penghubung mesin dengan roda semakin kendor dan berpengaruh memperlambat daya tarik dari sepeda motor tersebut.

TUGAS (HAL.36)

KAMPUS

Kampus adalah tempat seorang mahasiswa untuk menuntut ilmu atau mencari gelar dalam dirinya yang sesuai dengan minat atau keinginanya mengeluti jurusan yang di ingonkanya yang di mana kampus ini berbeda dengan sekolah .Kampus di sini menampung orang orang yang akan mencari gelar sarjana master atau doctor
Sebagai tinggkat lanjutan dari sekolah kita sebagai manusia di tuntut untuk melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi atau mencari paska sarjana kalo kita sudah mendaptkan ilmu dari semenjak kita sekolah di smk atau smu kita wajib memperdalam pengetahuan itu yang di mana kita wajib memperdalam pengetahuan dengan lebih banyak membaca-baca buku sesuai dengan bidang yang di minatinya dan mencari berbagai pengalaman-pengalaman yang berkaitan untuk dapat memperdalam dari pengetahuan yang kita miliki
Pemerolehan gelar sarjana atau master dapat kita lihat dalam rangka memudahkan kita dalam melakukan sesuatu aktipitas karmna sudah di bekali dengan berbagai ke ahlian yang kita dapatkan dalam proses belajar dalam bidang tersebut dan apabila kita sudah mendapatkan gelar seperti itu maka dalam rangka mencari pekerjaan pun kita dapat di per mudahkan seperi dapat kita lihat di kalanhgan masiarakat masa kini yang dimana banyak perusahan-perusahaan terkemuka yang membutuhkan tenaga propesional dengan tingkat pendidikan yang memadai.

LATIHAN 1 (HAL.43)

Tugas para prajurit prajurit

- penjaga kereta itu lupa menjalankan tugasnya sejenak
- ketuanya sendiri tidak memperhatikan anak buahnya
- kesediaan untuk berkorban merupakan kemawan perseorangan
- akhirnya daerah itu di taklukan oleh kospasgat dalam waktu singkat.
- Kedudukan musuh tidakl masuk hitungan komandan lapangan itu
- Apakah pramuka tidak punya tugas pemendu lagi
- Penonton itu menantikan kesudahan pertandingan itu

Alas an prajurit mempertahankan ke disiplinaan
- setiap prajurit harus memiliki ketahanan jasmani dan ketahanan jiwa
- ketuanya sendiri tidak memperhatiakan nasib anak buahnya

alasan prajurit mengadakan penyelidikan
- kerugian akibat tingkah polah penyelundup itu amat besar
- memang aneh kalao kereta api senja justru berangkat pagi
- yang di musiawarahkan ialah pengendalian kebutuhan hidup
- perkiraan tentang perkiraan penduduk desa itu keliru besar
kendala yang di adapi prajurut dalam tugasnya
- dedaunan yang kalian cari itu sudah berguguran
- hanya karena msnisan itu mereka mengorek-ngorek kotoran

LATIHAN 2 (HAL.43)

Pekerjaan seorang buruh
- buruh itu sedang mempertebal lapisan aspal
nasib seorang buruh
- sepanjang hari ini mereka berdendendang ,walaupun rumahnya ke banjiran
- mereka tercengang karena peluru yang menembak tiba-tiba itu
- akhirnya mereka di kibuli oleh temeannya sendiri
kendala yang di hadapi seorang buruh
- tidak di ketahuinya bahwa rumahnya kemasukan pencuri.
- Cita-citanya melambung ,tapi isi kepalanya sudah membatu
- Masalahnya tidak berkesinambungan ,jadi mereka keluar semua

Sakit yang di hadapi seorang buruh berkenaan dengan pekerjaan yang di hadapinya
- pemakaian pacu jantung hanya memperpanjang umur sementara
- denyut nadinya tak terasa lagi ,walaupun jantungnya berdenyu.

LATIHAN 3 (HAL.43)

tahap pertama yang di hadapi seorang narapidana
- gelisah
- pemanggilan
- penyelidik
- bulan-bulanan
- belasungkawa
- silang sengketa
ulang tahun bali tv
- ke tujuh belas
- porak poranda
- hancur lebur
- senandung
- paduan suara
- syahdu
- penjelajah
harapan bangsa pada tahun 2010
- roda kehidupan
- ketidakmampuan
- kesenjangan
- daripada
- prolehan
kehidupan penduduk desa
- gersang
- alamiah
- cinta kasih
- ramahtamah

lirik-lirik lagu romantis
- senandung
- sayahdu
- kerinduan

uraian kalimat yang mempunyai makna ke tidak pastian
- boleh jadi
- daripada
- seandainya
- jikalao
- kira-kira


KARANGAN

KARANGAN NARASI

Malam tahun baru memakan korban

Akhir tahun 2009 para pemuda antusias menyambut ke datangan malam tahun baru suasana pada malam itu sangat ramai dan di hiasi dengan berbagai atraksi penyambutan tahuan baru yang di harapkan di tahun yang akan datanga lebih baik dengan tahun sebelumnya
Para pemuda bahkan dari anak-anak sampai kakek- kakek seakan ikut memeriahkan malam pergantian tahuan , ketika menjelang 30 menit pergantian tahun itu terdengar suara petir yang sangat keras sehingga gardu listrikpun mati dan malam pun berubah menjadi gelap dan di susul dengan turunya hujan rintik-rintik seakan memadamkan kemeriahan penyambutan mlam tahun baru . Suara petasanpun tak lagi terdengar hingga 15 menit kemudian hujanpun semakin lebat higa membasahi bumi pertiwi para arek-arekpun terbirit-birit mengungsikan dirinya ke tempat yang teduh dan di sepanjang jalan itu terlihat kakek tua berlari dengan bernapaskan tersenggal senggal dan di susul dengan semakin lebatnya hujan , tak satupun yang akan peduli dengan orang yang ada di sekitarnya seakan buta terhadat toleransi yang ada dalam dirinya , suatu ketika kakek tua itu terjatuh dengan badan di basahi air hujan yang di iringi sambaran petir hinga tiba saatnya tahun baru yang di nanti-nanti. kamipun dengan sangat bersedih meranjak pulang dengan membayangkan kakek teu itu.
Esok paginya kami terbangun dengan membayangkan nasib kakek tua itu sambil menikmati secangkir kopi dan Koran harian di tangan di garase depan rumah ,yang sangat mengejutkan di dalam Koran itu memberitakan bahwa penyambutan tahun baru kemarin telah memakan korban ,ternyata kaket tua itupun meningal.


KARANGAN EKSPOSISI

KEHIDUPAN MASIARAKAT KOTA

Dalam kehidupan kita ini banyak terdapat perbedaan dari segi ekonomi dan bahkan dari segi sosial budaya ,dengan demikin sudah barang tentu kita mengenal yang di sebut masiarakat perkotaan atau urban community yaitu masiarakat kota yang tidak tentu jumlah penduduknya . Pengertian dari makna kota disini terletak pada sipat-sipat kehidupanya serta cirri-ciri kehidupanya yang berbeda dengan masiarakat pedesaan.
Antara masiarakat kota dengan pedesaan juga terdapat perbedaan dan perhatian, khusuasana sasusnya keperluan hidup, di desa-desa yang di utamakan adalah pungsi pakaian , makanan ,rumah dan sebagainya. Orang-orang kota memandang penggunaan kebutuhan hidup sehubungan dengan pandangan masiarakat di sekitarnya, kalao menghidangkan maknan misalnya , yang di utamakan adalah hidangan yang di hidangkan tersebut memberi kesan bahwa yang menghidangkan mempunyai kedudukan sosial yang tinggi sedangkan pada orang-orang desa hal seperti tersebut tidak di pedulikan, mereka masak masakan sendiri ,tanpa peduli tamunya suka atau tidak . Disini terlihat perbedaan penilaian ,orang desa menilai makanaan sebagai suatu alat untuk memenuhi kebutuhan biologis , sedangkan orang kota sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sosial
Dapat kita lihat bahwa peduduk pedesaan memerlukan suatu makanan atau pakain hanya untuk kebutuhan dan tidak perlu yang mahal-mahal selama masih layak di pakai tetapi di kalangan orang perkotaan atau orang yang mempunyai perekonomian lebih dia lebih kepada gengsi atau menunjukan ciri kas orang kota atau orang kaya dengan menggunakan pakayan-pakayan yang bermerek dan sudah barang tentulebih mahal dari pakayan orang pedesaan .







KARANGAN DESKRIPSI

NASIB SEORANG PETANI

Di suatu desa yang suasana sangat damai dengan segala rutinitasnya seorang petanin dengan keseharianya mengeluti hidupnya di tengah-tengah sawah yang terkadang dilaluinya dengan penuh kebahagian dan begitu juga sebaliknya ,tak pernah kita bayangkan ketulusan hati dari seorang petani yang yang mempertaruhkan hidupya di dalam bantaran sawah suatu ketika seorang. petani pagi-pagi dia seakan bertemu dengan tugas mereka yang rutin di lakukanya untuk pergi ke lading mereka, hari itu tepat hari purnama yang di mana para rekan-rekan petani yang lainpun tak ada yang meladang.
Dengan kesendirianya petani tua itu mencangkul tanpa kata,hanya terdengar suara pacul menyerondok tanah di tengah suara kicao burung dan angin yang hingar-bingar, suara kicao burung pun terasa semakin deket seakan bernyanyi melihat kegigihan petani tua itu empasan anginpun semakin kencang seakan menghentikan tetesan keringat yang membasuh tubuhnya , hari itu sudah trasa siang petani pun seakan mengakhiri pekerjaanya pada siang itu dan ia pun meranjak ke gubuk tuanya yang di bangun dengat bahan seadanya dan kakek tua pun menyandarkan dirinya di pojiok bagian gubuk tua itu si petani itu membuka bajunya yang kotor lalu mengipas-ngipaskanya ke bagian tubuhnya taklama pun petani tua itu dengan baju masih di genggamnya dia seakan menikmati kipasan dri bajunya itu yapun teridur
Ketika petani itu dengan posisi tidut terlentang tanpa embusan napas datang seorang gadis kecil yang keseharianya menyediakan makanan untuk kakeknya dan gadis kecil itu menghampiri kakeknya dengan wajah yang pucat disan teringat akan penjakit jantung kakek yang di deritanya dan si bocah kecil itu tiba-tiba menangis dengan isteris dan berkata kakaek kenapa kao pergi meninggalkan ku secepat ini aku mesti hidup sama siapa di bumi pustaka ini aku cma memilikimu dan sekarang kau pergi meningalkanku untuk selamanya .





KARANGAN ARGUMENTASI

Dalam ranggka pemerintahan presiden bambang susilo yudoyono periode 2004-2009 kini telah di adakanya program masiarakat miskin atau raskinyang di mana bagi kalangan masiarakat yang mempunyai perekonomian kurang mampu akan di beriakan ke bebasan untuk mendapatkan pelayanan rumah sakit secara gratis dan ini akan menjadi program andalan dalam rangka pemerintahan beliao . Masiarakat tidak perlu kawatir karena pelayanan dalam rumahsakit bagi yang mengunakan raskin ini sama seperti pelayanan masiarakat pada umumya dan ini sudah bisa di buktikan karena dari pihak pemerintah akan menyediakan tenaga medis yang propesional dalam rangka menanggani pasien raskin ini .
Maka dari itu di setiap desa telah di adaknya penyuluhan atau surpay penduduk yang mana masiaraka benar-benar membutuhkan program ini dan nantinya akan dip roses sesuai dengan perekonomianya masing masing, program ini sangat berpihak pada masiarakat miskin yang di mana masiarakat miskin mendapatkan perhatian dari pihak pemerinta yang mungkin sudah lama di nanti-nanti oleh kalangan yang bersangakutan. Di lihat dari sudut tertentu bahwa indonesia sebenarnya Negara yang besar yang mampu mensejahtrakan masiarakatnya , namun kita tidak bisa menuntut kemungkinan ada pihak-pihak tertentu yang mengambil kekayaan bangsa ini untuk kepentingan dirinya seperti kita ketahui bahawa pihak pihak terkait atau pelaksana pemritahan yang tersangkut hukum karena korupsi atau memakai kekayaan pemerintah sebagai kekayaan pribadi
Maka dari itu untuk menyukseskan program ini pemerintah mengarapkan partisipasi dari seluruh masiarakat untuk ikut menjaga dan memelihara pemerintahan yang akan dating agar pemerintahan yang akan datan bisa lebih baik dari pemerintahan yang sebelunya dan semoga di pemerintahan ini kita bisa membuka program -program lain yang bener2 memihak masiarakat miskin dan untuk bisa mensejahtrakan masiarakat bangsa Negara kita tercinta ini .






KARANGAN PERSUASI

Pada tahun 2009 ini sering kita temukan para tokoh-tokoh polotik pada ber lomba-lomba mensosialisasikan di rinya ke pelosok-plosok masiarakat . seperti kita ketahu semua para tokoh politik berjalan dengan mengusung program andalanya didalam mensosialisasian dirinya , nah dalam hal ini ada seorang tokoh masiarakat yang sudah banyak di kenal di kalangan masiarakat untuk mensosialisakikan diriny yang di mana dia su sudah menjalankan progam kampanyenya yang selama ini di usung .
Tokoh ini sangat dekat dengan masiarakat dan dia sangat mempuyai sipat pejuang yang bener bener mau memperjuangkan masiarakat miskiun,dalam rangka jabatannya pada periode 2004-2009 bahkan di telah memperjuangkan 75% dari masiarakat yang di bawah garis kemiskinan dan para tokooh inipun membentuk suatu organisasi yang di kelola oleh masiarakat sendiri yang di mana 75% dari gaji yang di dapatkan di serahkan kembali ke pada masiatrakat untuk mensejahtrakan masiarakat yang ada di bawah garis ke miskinan dan hal ini masiarakat sudah dapat membuktikan dari hasil perjuangan tokoh yang satu ini dan begitu juga dengan program yang dia usung telah berjalan dengan sukses.
Maka dari itu pada kesempatan ini saya mengajak masiarakat untuk bersama-sama memberikan dukungan kepada tokoh kita ini untuk maju mencalonkan diri sebagai calon anggota pada periode 2009-2010 yang di mana untuk menyempurnakan program beliao yang selama ini sudah berjalan sesuai dengan harapan masiarakat.

Selasa, 12 April 2011

proposal PTK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI MELALUI MEDIA KARIKATUR SISWA KELAS XA SMA N I PETANG, BADUNG TAHUN AJARAN 2010/2011






OLEH:
I NYOMAN ARTANA
NIM.2007.II.1.0025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DAN DAERAH BIDANG ILMU PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI BALI
DENPASAR
2011

PRAKATA


Puji syukur penulis panjatkan kehadapan tuhan yang maha esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala anugrah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan, dan adapun yang mendorong kami mengkaji pendekatan media karikatur dalam menulis paragraf argumentasi karena lemahnya siswa mengekpresikan dirinya didalam kegiatan pembelajaran khususnya menulis dan dengan itu kami sangat tertarik mengkaji masalah ini yang dimana kami rasa dengan menggunakan media karikatur dapat meningkatkan hasil belajar dan respon siswa dalam menulis paragraf argumentas. Upaya ini dapat diharapkan meningkatkan kualitas siswa didalam menulis paragaraf,dan kami juga berharap bisa menghasilkan generasi muda yang mempunyai ekspresi tingi, cerdas, kreatif, kritis dan berbudaya. Dalam keterampilan menulis sangatlah berperan dikalangan masiarakat karena mereka memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, atau perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis. Bahkan, keterampilan menulis juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang berbudaya.


DAFTAR ISI

PRAKATA ……………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah………………………………… 1
1.2. Identifikasi Masalah……………………………………. 6
1.3. Rumusan Masalah………………………………………. 7
1.4. Cara Pemecahan Masalah……………………………… 7
1.5. Krangka Berpikir……………………………………….. 8
1.6. Hipotesis Tindakan…………………………………….. 9
1.7. Tujuan Penelitian……………………………………….. 9
1.7.1 Tujuan Umum…………………………………………… 10
1.7.2 Tujuan Khusus…………………………………………... 10
1.8. Manfaat Penelitian……………………………………… 11
1.8.1 Manfaat Teoritis…………………………………………. 11
1.8.2 Manfaat Praktis…………………………………………. 12

BAB II.
KAJIAN PUSTKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka………………………………………………… 14
2.2 Landasan Teori……………………………………………….. 16
2.2.1 Hakekat Menulis…………………………………………. 17
2.2.1.1 Pengertian Menulis…………………………………… 17
2.2.1.2 Fungsi Menulis………………………………………… 20
2.2.1.3 Tujuan Menulis………………………………………… 21
2.2.2. Hakekat Paragraf………………………………………….. 23
2.2.2.1 Siyarat-Siyarat Paragraf……………………………… 25
2.2.2.2 Fungsi Paragraf……………………………………… 27
2.2.2.3 Jenis-Jen Paragraf……………………………………. 29
2.2.3 Pengertian Argumentasi…………………………………… 32
2.2.4 Hakekat Media…………………………………………...... 33
2.2.4.1 pengertian media pembelajaran………………………. 33
2.2.4.2 Tujuan dan manfaat media pembelajaran …………… 34
2.2.5 Pengertian Karikatur………………………………………. 39
2.2.5.1 Karikatur Sebagai Media Komunikasi Visual……….. 40
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian…………………………………………… 42
3.1.1 Tempat Penelitian………………………………………. 43
3.1.2 Waktu Penelitian……………………………………….. 43
3.1.3 Siklus PTK…………………………………………….. 43
3.2 Persiapan PTK………………………………………………. 44
3.3 Subjek Penelitian…………………………………………….. 45
3.4 Objek Penelitian……………………………………………… 46
3.5 Sumber Data………………………………………………….. 46
3.6 Metode Pengumpulan Data………………………………….. 47
3.6.1 Tes……………………………………………………….. 48
3.6.3 Wawancara……………………………………………….. 49
3.6.3 Observasi………………………………………………… 50
3.6.4 Angket…………………………………………………… 50
3.6.5 Diskusi…………………………………………………… 50
3.7 Indikator Kinerja…………………………………………….. 50
3.8 Metode Pengolahan Data…………………………………….. 51
3.8.1 Hasil Belajar…………………………………………….. 52
3.8.1.1 Mencari Sekor Rata-rata…………………………….. 53
3.8.1.2 Membuat Pedoman Konvensi………………………. 53
3.8.1.3 menentukan kreteria predikat kemampuan siswa……. 56
3.8.2 Aktivitas Siswa………………………………………….. 57
3.8.3 Aktivitas Guru…………………………………………… 59
3.8.4 Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Paragraph Argumentasi
Dengan Mediakarikatur……………………………. 62
3.9 Prosedur Penelitian………………………………………….. 63
3.9.1 Penelitian Awal (Pra Siklus)…………………………… 63
3.9.2 Siklus I…………………………………………………. 64
3.9.3 Siklus II…………………………………………………. 66
DAFTAR FUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

Penelitian dibidang pembelajaran ditandai dengan adanya permasalahan tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Ciri khas dari penelitian pembelajaran adalah adanya kajian yang berhubungan dengan latar belakang permasalahan, penerapan rancangan, sajian dan evaluasi pembelajaran yang ditujukan untuk mencapai hasil belajar tertentu.
Dalam bab pendahuluan ini akan dijelaskan secara berturut-turut mengenai (1) latar belakang penelitian, (2) umusan asalah, (3) tujuan penelitian, (4) mampaat penelitian. Hal tersebut diatas akan dijelaskan secara rinci di bawah ini:

1.1 Latar Belakang Masalah

Usaha untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas dan berkopetensi salah satunya melalui dunia pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan formal diperoleh dari lingkungan sekolah sedangkan pendidikan non formal diperoleh dari luar lingkungan sekolah atau masyarakat. Pendidikan terus menerus akan dilakukan dan tidak akan ada hentinya selama manusia itu ada. Proses pendidikan berlangsung secara simultan dan berkelanjutan, keberadaan manusia sekarang ditentukan oleh proses pendidikan sebelumnya dan keadan manusia yang akan datang ditentukan oleh proses pendidikan saat ini, kegagalan pendidikan pada suatu generasi akan membawa dampak bagi generasi berikutnya, dan sebaliknya begitu juga keberhasilan pendidikan akan menghasilkan suatu generasi tangguh yang siap menghadapi tantangan dimasa yang akan datang.
Semakin luas wawasan pendidikan semakin besar kemungkinan kita menimbang dengan lebih baik apa yang harus dikerjakan dimasa yang akan datang dan bagimana mengerjakan dalam rangka menciptakan reformasi dan pemberdayaan manusia yang lebih beradab dan santun.
Dalam pelaksanaan pendidikan kita memerlukan bahasa sebagai alat pengantar, bahasa memungkinkan kita untuk saling berhubungan dengan berbagi pengalaman baik melalui bahasa tulis maupun bahasa lisan, bahasa merupakan salah satu unsur terpenting yang berada pada manusia dan masyarakat manapun tanpa terkecuali (Sugono, 2005:110). Keberadanya yang tidak terpisahkan dengan manusia ini sangat penting dipahami karena bahasa hadir jika manusia hidup dengan oranglain sebagai alat komunikasi bahasa tulis memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia untuk mengekspresikan diri berupa ide gagasan atau pemikiran sehingga mampu menciptakan peradaban dan karya kreatif yang dapat merubah dunia yang ditandai dengan perkembangan IPTEK dan juga globalisasi informasi yang dapat melampau batas bangsa beserta budaya, informasi yang muncul dan berkembang dibangsa Indonesia akan segera beredar ke seluruh plosok negeri, dari situ tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan bahasa Indonesia menjadi sarana pengembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Oleh karena itu penguasaan bahasa Indonesia menjadi pintu gerbang penguasaan IPTEK (Dendy Surgono 2006:5). Salah satu sarana transformasi dan sosialisasi baik informasi yang berkaitan dengan pengetahuan maupun transformasi idiologi, adalah media massa cetak kehadiran media cetak dalam perkembangan teknologi merupakan salah satu dari sekian banyak sarana yang dapat mengungkapkan ide, gagasan, kritikan, dan lain sebagainya yang kini menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia.
Keterampilan yang dikuasaui oleh seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan aktifitas menulis karena menulis merupakan salah satu bentuk ketrampilan dalam berbahasa. Dengan keterampilan menulis seseorang dapat mengekspresikan sesuatu yang dialaminya atau yang ada pada dirinya lewat tuliasa dalam bentuk paragraf, dan dengan ketrampilan menulis ini kita dapat menambah pengetahuan atau wawasan yang berkaitan dengan tema apa yang kita tuangkan dalam tulisan tersebut.
Perlu kita ketahui dalam ketrampilan berbahasa yang diterima oleh seseorang secara berturutan, ketrampilan tersebut adalah ketrampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Diantara ke empat keterampilan tersebut menulis merupakan ketrampilan tertingi yang dimiliki oleh seseorang ketrampilan menulis diterima oleh seseorang setelah dia mampu membaca. Menulis adalah merupakan kegiatan mengungkapkan pikiran gagasan dan perasaan seseorang yang ditungkapkan dalam bahasa tulis menulis merupakan kegiatan untuk menyatakan pikiran, gagasan dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca, dan berpungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca.
Kegiatan menulis juga sangat penting dalam pendidikan karena dapat membantu siswa dalam berlatih berpikir mengungkapkan gagasan, memecahkan masalah, dan menulis adalah salahsatu bentuk berpikir yang juga merupakan alat untuk membuat orang lain (pembaca) berpikir. Dengan menulis, seorang siswa mampu mengkonstruk berbagai ilmu atau pengetahuan yang dimiliki dalam sebuah tulisan baik dalam bentuk paragraf, artikel, laporan ilmiah, puisi, dan sebagainya.
Dalam era globalisasi ini peran menulis sangat dituntut dalam suatu masiarakat, karena dengan kegiatan menulis ini dapat diharapkan membantu kemanjuan baik dibidang politik maupun sosial budaya oleh karena itu sejak dini masiarakat perlu di motivasi agar aktif dan kritis di dalam kegiatran menulis.
Pemerintah harus berupaya agar meningkatkan motivasi masyarakat dalam kegiatan menulis baik melalui program-program yang sudah kita kenal dengan hari bulan bahasa yang dimana hal itu sangat membantu memotivasi seseorang dalam meningkatkan kualitas dari hasil menulis beliau.
Melihat pentingnya penyusunan paragraf dikalangan siswa, sedangkan realita yang ada saat ini rendahnya minat siswa khususnya dalam ketrampilan menulis maka atas dasar inilah penulis merasa perihatin dan mencoba melakukan penelitian tindakan kelas agar kegiatan proses pembelajaran menulis khususnya menulis paragraf argumentasi menjadi pembelajaran yang inovatif, kreatif, aktif, efektif dan menyenangkan bagi siswa. Hal ini juga adalah suatu masalah yang harus dipecahkan peneliti memandang perlu diadakanya perbaikan terhadap pembelajaran menulis paragraf kususnya paragraf argumentasi agar siswa dapat menuangkan gagasan, keinginan, kritik, cita-cita, dan harapan kedalam suatu bentuk paragraf. Untuk itu guru harus mencari alternatif lain dalam hal ini baik menggunakan pendekatan metode atau media pembelajaran yang diyakini bisa memotivasi siswa dalam pembelajaran menulis. Media yang dipandang mampu mengatasi permasalahan lemahnya kemampuan menulis paragraf kususnya paragraf argumentasi adalah dengan menggunakan media karikatur, dan pemilihan media ini telah diyakini dapat mendorong motivasi siswa dalam kegiatan menulis yang dimana media karikatur ini adalah media yang mampu merangsang imajinasi atau penapsiran dan mengkritisi tentang kehidupan, politik, soaial, dan budaya. dengan melihat tokoh atau penomena karikatur tersebut siswa akan mempunyai penapsiran tersendiri atau kritikan tersendiri yang nantinya bisa dituangkan dalam betuk paragraf kususnya paragraf argumentasi dan alasan yang paling mendalam mengapa media karikatur ini dipandang mampu meningkatkan ketrampilan menulis paragraf argumentasi karena gambar karikatur berpungsi untuk menyampaikan pesan pada pembacanya secara tepat dan ringkas dalam menyikapi suatu situasi dan kejadian-kejadian tertentu (Arief Sadiman dkk, 1996:49).
Salah satu media pembelajaran yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kualitas dan kegemaran siswa dalam menulis paragraf argumentasi adalah melalui media karikatur di media masa. Langkah ini akan memberikan gambaran pada siswa untuk menulis serta meningkatkan ketrampilan siswa dalam hal kelancaran berkomunikasi baik dalam hal mencurahkan idea tau gagasan penyampaian informasi.
Dari hasil observasi pembelajaran di kelas wawancara dengan siswa dan guru serta hasil siswa dalam menulis paragraf khususnya paragraf argumentasi, sedangkan hasil karya siswa dalam bentuk paragraf belum sesuai dengan hapan para guru, dari 31 siswa kelas XA SMA Negeri 1 Petang ternyata hanya 2 siswa yang mendapatkan nilai diatas 70 padahal kriteria ketuntasan minimalnya adalah 70, ini brarti 94% siswa belum tuntas dalam kopetensi dasar menulis paragraf, dan berdasarkan hasil observasi pengamatan pembelajaran dan hasil wawancara dengan guru kendala yang dialami oleh siswa tersebut disebabkan oleh beberapa factor, siswa tidak terlatih dalam menuangkan gagasannya kedalam bentuk paragraf, guru kesulitan dalam membangkitkan minat belajar siswa, guru belum mengoptimalkan media dan metode yang tepat dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi.
Sepanjang peengamatan peneliti masalah yang dikemukakan di atas belum ada yang meneliti sehingga hasilnya diharapkan dapat digunakan sebagai umpan balik bagi guru didalam mengajar menulis khususnya didalam menulis paragraf argumentasi di masa yang akan datang karena dengan hasil penelitian ini guru dpat mengetahui kemampuan masing-masing siswa dalam menulis paragraf.

1.2 Identifikasi Masalah

Memperhatikan uraian di atas, kondisi pembelajaran Bahasa Indonesia yang ada saat ini adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran menulis paragraf argumentasi di kelas masih berjalan monotun.
2. Belum ditemukan strategi membelajaran menulis yang tepat.
3. Belum ada kolaborasi antara peneliti, guru, dan siswa untuk memecahkan masalah.
4. Media yang digunakan guru Bahasa Indonesia bersifat konpensional.
5. Rendahnya kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia.
6. Rendahnya prestasi siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis kususnya menulis paragraf argumentasi.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latarbelakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah media karikatur dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya didalam menulis paragraf argumentasi?
2. Apakah media karukatur didalam menulis paragraf khususnya paragraf argumentasi dapat meningkatkan respon siswa dalam proses belajar mengajar?

1.4 Cara Pemecahan Masalah

Metode pemecahan masalah yang akan digunakan penelitian tindakan kelas ini adalah dengan mengunakan media karikatur guna meningkatkan ketrampilan menulis paragraf argumentasi,dan dengan media ini diharapkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis paragraf argumentasi meningkat.


1.5 Krangka Berpikir

Berdasarkan urain yang telah dikemukakan pada bab pendahuluan hingga akhir yang diproleh, untuk mempermudah dan merumuskan perhatian terhadap penelitian tindakan kelas (PTK) yang diadakan, maka peneliti membuat langkah kerangka berpikir dalam pemecahan masalah. Kerangka pemecahan masalah dan gambaran pola pemecahanya melalui tahapan berikut:












Diskusi pemecahan masalah Penerapan media karikatur
Evaluasi efek


1.6 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Dengan diterapkan media karikatur dalam pembelajarran menulis khususnya menulis paragraf argumentasi dapat meningkatkan keterlibatan siswa kelas XA SMA Negeri 1 Petang, Badung.
2. Dengan diterapkan media karikatur dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa SMA Negeri 1 Petang, Badung.

1.7 Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah salah satu penelitian yang dilaksanakan oleh seorang guru sebagai alternatif pilihan untuk menemukan cara dalam rangka meningkatkan mutu atau kualitas proses pembelajaran di sekolah, dan begitu juga dalam suatu kegiatan sudah barang tentu ada suatu tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut dan apabila kegiatan itu bersifat ilmiah, tujuan yang akan diinginkan harus dirumuskan dengan jelas untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan penelitian, sehingga pelaksanaanya bisa terarah, terpola, dan sistematis begitu juga dengan penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:



1.7.1 Tujuan umum

Secara umum sesuai dengan permasalahan yang telah disebutkan di atas penelitian tindakan kelas ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk menyusun program yang tepat sesuai dengan permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam konpetensi dasar menulis paragraf.
2. Untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran menulis paragraf.
3. Untuk menyusun sistem penilaian proses dan hasil pembelajaran yang tepat dan objektif untuk mengetahui apakah siswa telah mampu atau belum menguasai konpetensi dasar dalam menulis suatu paragraf.
4. Untuk membuat siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan ide, pendapat, dan gagasannya.
5. Untuk membuat siswa mengetahui pembelajaran secara tuntas.

1.7.2 Tujuan khusus

Secara khusus sesuai dengan masalah yang dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui efektivitas pengunaan media karikatur dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi Siswa Kelas XA SMA Negeri 1 Petang, Badung.
2. Untuk mengetahui respon siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis paragraf khususnya menulis paragraf argumentasi dengan media karikatur, Siswa Kelas XA SMA Negeri 1 Petang, Badung.

1.8 Manfaat Penelitian

Dalam suatu kegiatan yang dilakukan sudah barang tentu mempunyai manfaat yang dimaksud dalam manfaat disini adalah manfaat apa yang bisa di petik oleh pihak lain apabila penelitian ini dipecahkan, adapun manfaat yang diharapkan:

1.8.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis ini adalah pernyataan tentang manfaat yang menonjolkan pentingnya penemuan bagi kemajuan ilmu pengetahuan bagi peneliti, manfaat teoritis ini dapat diuraiakan sebagi berikut:
a. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai alternatif bagi guru di Sekolah lain dalam pembelajaran menulis paragraf khususnya paragraf argumentasi.
b. Bagi pihak-pihak yang terkait dengan pelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam menulis, dapat di pakai sebagai pengetahuan untuk kelayakan pengajaran yang akan datang.


1.8.2 Manfaat Praktis

Mampaat praktis disini mempunyai arti pernyataan tentang manfaat penelitian yang menonjolkan penerapan penemun penelitian, maka dari itu dalam manfaat praktis ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Mampaat bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa dalam kegiatan menulis kususnya menulis paragraf argumentasi.
b. Bagi Guru
- Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahua Guru khususnya Guru bidang studi Bahasa Indonesia berkaitan dengan teknik-teknik menulis paragraf argumentasi.
- Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan umpan balik bagi Guru di dalam mengajar menulis paragraf argumentasi pada masa yang akan datang karena dengan hasil penelitian ini Guru dpat mengetahui apakah penggunaan media karikatur dalam menulis paragraf argumentasi dapat meningkatkan hasil belajar dan respon siswa dalam menulis paragraf dan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menulis paragraf khususnya paragraf argumentasi sehingga guru bisa mengkaji kembali apakah alternatif tindakan yang telah dilakukan tepat atau tidak, atau masih perlu penyempurnaan.
- Guru trampil dalam menggunakan model, metode, dan media pembelajaran yang berpariatif.
c. Bagi Sekolah
- Memberi arah kinerja pinpinan dalam mempasilitasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
- Memberi arah guru agar trampil dalam pengelolaan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis paragraf.
- Memberikan motivasi pada guru dalam meningkatkan kemampuan dan kreativitas dalam pembelajaran.
d. Manfaat bagi Penyusun Bahan Ajar
- Hasil penelitian ini dapat diharapkan memberikan masukan-masukan dalam penyusunan materi ajar yang lebih tepat, sistematis, dan bervariasi, sehingga materi ajar menulis paragraf argumentasi lebih berkembang.
e. Bagi Penyusunan Kurikulum
- Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan kepada penyusun kurikulum untuk menata kembali kurikulum dan alokasi waktu yang tepat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis.









BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan secara singkat teori-teori yang dipakai dalam landasan dalam penelitian ini. Dalam landasan tori akan dibicarakan beberapa hal sebagai berikut: (1) Kajian pustaka, (2) Landasan teori.

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah pemaparan hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian lainnya atau para ahli, dengan adanya tinjauan pustaka ini penelitian seseorang dapat diketahui hasilnya kajian pustaka akan di kaji melalui telaah pustaka yang berkaitan dengan penelitian tindakan ini:
Titin Rahmawati (2008). Dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis dengan Metode berkunjung kelingkungan Sekitar (fild trip) pada Siswa kelas VSD Negeri 1 Kulorejo Kecamatan Nguntoro Nadi Kabupaten Wonogiri tahun 2007/2008 hasil penelitianya antara lain:
1. Penerapan metode berkunjung ke lingkungan sekitar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis siswa.
2. Penerapan metode berkunjung kelingkungan seklitar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis.

Penelitian yang berkaitan dengan kegiatan menulis juga dilakukan oleh Latifah (2007) dengan judul “Peningkatan Ketrampilan Menulis Dengan Media Gambar Pada Kelas X Negeri Sukarta”hasil penelitianya menyatakan bahwa terdapat peningkatan pembelajaran keterampilan menulis pada siswa kelas X7 SMA Negeri 5 Sukarta dengan menerapkan media gambar hal ini terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut:
1. Proses belajar mengajar berlangsung menjadi dua arah.
2. Guru memberikan stimulus (peringatan) Siswa merespon tersebut selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa juga jadi aktif bertanya dan memperhatikan pembelajaran.
3. Hasil menulis Siswa meningkat.
Selanjutnya juga penelitian yang dilakukan Wati Istanti (2007) dengan judul “Penerapan Ketrampilan Proses untuk meningkatkan Kemampuan Menulis Ilmiah pada Siswa kelas XIII program bahasa” (PTK di SMA Negeri Sukoharjo) hasil penelitiaan mengatakan terjadi peningkatan kualitas pembelajaran (baik proses maupun hasil) menulis ilmiah pada Siswa kelas XIII program bahasa di SMA Negeri 3 Sukoarjo. Peningkatan kualitas proses pembelajaran tersebut terjadi setelah guru melakukan upaya:
1. Penjelasan guru dengan lebih ditekankan pada kualitas pemahaman Siswa bukan pada kualitas materinya.
2. Pemberian model atau contoh sebagai acuan Siswa dalam pengembangan gagasanya untuk menulis ilmiah.
3. Feedback atau umpan balik terhadap tugas yang telah di kerjakan Siswa.
Berdasarkan beberapa kajian pustaka tersebut diatas adapun perbedaan yang mendasar dengan penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini adalah penelitian tindakan yang menggunakan media karikatur untuk meningkatkkan hasil belajar siswa khususnya dalam menulis paragraf argumentasi dimana media ini di pandang mampu karena antara karikatur dengan kalimat argumentasi sangat erat kaitanya maka dari itu dengan melihat media ini akan bias mencari argumen yang terkandung dalam media karikatur yang nantinya akan dituangkan lewat tulisan berupa paragraf argumentasi.
2. Hasil belajar menulis siswa diyakini meningkat dengan penerapan media karikatur yang dimana media karikatur juga mempunyai nilai humoris yang tinggi dengan nilai humoris inilah siswa akan tertarik dan tertuju dengan media karikatur tersebut di dalam mengikuti proses pembelajaran.

2.2 Landasan Teori

Dalam bab ini diuraikan secara singkat teori-teori yang dipakai sebagai landasan dalam penelitian ini. Dalam landasan teori akan dibahas beberapa hal sebagai berikut: (1) Hakekat menulis, (2) Pengertian paragraf, (3) Pengertian argumentasi, (4) Hakekat media, (5) Pengertian karikatur.



2.2.1 Hakekat Menulis

Dalam pokok bahasan ini akan disajikan terkait hakikat menulis yaitu: (a) pengertian menulis, (b) fungsi menulis, (c) tujuan menulis.

2.2.1.1 Pengertian Menulis

Ada empat keterampilan berbahasa yang dikuasai oleh seseorang secara beruntuk Keterampilan tersebut adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Diantara keempat keterampilan berbahasa tersebut menulis merupakan ketrampilan tertinggi yang dimiliki oleh seseorang. Keterampilan menulis diterima oleh seseorang setelah dia mampu membaca, lebih lanjut dijelaskan kemampuan menulis menghendaki berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan, (nurgiantoro, 2008:294).
Menurut Irman Rosidi (2009:2) Menulis merupakan kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang dalam bahasa tulis. Menulis merupakan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berpungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung, dan menulis juga dapat di dipinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. pesan disini mempunyai arti isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan sedangkan tulisan merupakan suatu lambang atau symbol-symbol bahasa yang dapat dilihat disepakati pemakainya, denagan demikian dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat diantaranya:
1. Penulis sebagai penyampai pesan (penulis).
2. Pesan atau isi tulisan.
3. Saluran atu media berupa tulisan.
4. Pembaca Sebagai Penerima Pesan.
Menulis sendiri bukanya hal yang asing bagi kita artikel, esai, laporan, resensi, karya sastra, buku, komik, cerita, dan lain-lain adalah contoh bentuk dan produk bahasa tulis yang akrab dengan kehidupan kita. Tulisan-tulisan itu meyakinkan secara runtun dan menarik ide, gagasan, dan perasaan penulisnya sayangnya aktifitas menulis dan kadang orang menyebutnya mengarang, tidak banyak diantara kita yang menyukai. Dari surpay yang pernah penulis lakukan terhadap guru Bahasa Indonesia, umumnya responden menyatakan bahwa aspek pelajaran bahasa yang paling tidak disukai murid dan guru adalah menulis atau mengarang maka dari itu penulis mengupayakan alternatif lain untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran ini, (Suparno 2007:1.3).
Menurut Tarigan (2008:22) dapat diuraikan bahwa menulis mempunyai arti kegiatan menyusun dan mengkomunikasikan gagasan dengan medium bahasa yang dilakukan penulis kepada pembaca sehingga terjadinya intraksi keduanya demi tercapainya tujuan, dan menulis juga dapat diartikan menguraikan lambing-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seorang, sehingga oranglain dapat memahami lambing-lambang grafik tersebut.
Antar Semi (1990:13-14). Mengungkapkan bahwa menulis adalah suatu proses dari proses tersebut, menulis juga melibatkan berbagai ketrampilan menyusun pikiran dan perasaan menggunakan kata-kata dalam bentuk susunan yang tepat.
Menurut Suriamiharja (1996:1) mengatakan bahwa menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Sementara itu, Owens (dalam Soenardji dan Hartono 1998:102) memberi pengertian tentang menulis adalah menggabungkan sejumlah kata menjadi kalimat yang baik dan benar menurut tata bahasa, dan menjalinnya menjadi wacana penalaran yang tepat.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain dan sebagai kegiatan pelukisan lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir, dan juga memudahkan kita merasakan daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman. Hasil tulisan merupakan satu-satunya media untuk menyampaikan pesan yang ingin kita sampaikan.



2.2.1.2 Fungsi Menulis

Menurut Graves, dalam bukunya Suparno (2007:1-4) seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis, ketidak sukaan tak terlepas dari pengaruh lingkungan, keluarga dan masiarakat serta pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah yang kurang memotivasi dan merangsang minat. Menulis sebenarnya mempunyai pungsi yang sangat komplek dalam kehidupan pembelajaran siswa yaitu:
1. Meningkatkan kecerdasan.
2. Pengembangan daya inisiatif dan kreatif.
3. Penumbuhan keberanian, dan
4. Mendorong kemawan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Irman Rosidi(2009:3) kegiatan menulis sangat penting dalam pendidikan karena dapat membantu siswa berlatih berpikir, mengungkapkan gagasan dan memecahkan masalah, sesuai dengan pengertian menulis yang telah diuraikan di atas bahwa menulis merupakan salah satu bentuk berpikir yang juga merupakan alat untuk membuat orang (pembaca) ikut berpikir, dan dengan menulis juga seseorang siswa juga mampu mengkonstruk berbagai ilmu atau pengetahuan yang dimiliki dalam sebuah tulisan baik dalam bentuk esai, artikel, laporan ilmiah, cerpen, puisi dan paragraf.

2.2.1.3 Tujuan menulis

Hugo Hartig (dalam Tarigan 1986:24) mengemukakan bahwa tujuan penulisan suatu tulisan adalah: (1) Tujuan penugasan, (2) Tujuan altruistik (menghibur), (3) Tujuan persuasive, (4) Tujuan penerangan, (5) Tujuan pernyataan diri, (6) Tujuan kreatif, (7) Tujuan pemecahan masalah. Tujuan penugasan sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauannya sndiri (misalnya para siswa yang diberi tugas membuat laporan kegiatan). Tujuan ke dua adalah tujuan altruistik (menghibur). Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang tidak dapat menulis secara tepat guna apabila dia percaya bahwa pembaca atau penikmat karyanya itu adalah “lawan” atau “musuh”. Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan suatu tulisan. Tujuan ke tiga adalah tujuan persuasif (mempengaruhi) adalah meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan dengan berbagai teknik menulis. Tujuan yang ke empat adalah tujuan penerangan yaitu member informasi atauketerangan/penerangan kepada para pembaca. Tujuan yang kelima adalah tujuan pernyataan diri yaitu memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca agar mendapatkan pengakuan dari pembaca. Tujuan yang ke enam adalah tujuan kreatif yang berhubungan erat dengan pernyataan diri. Tetapi “keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik atau seni yang ideal, seni idaman. Tujuan yang ke tujuh adalah tujuan pemecahan masalah adalah untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi dan meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya agar dapat di mengerti dan di terima oleh pembaca.
Irman Rosidi (2009:5) tujuan menulis juga bermacam-macam bergantung pada ragam tulisan. secara umum, tujuan menulis dapat dikatagorikan sebagai berikut:
a. Memberitahukan atau menjelaskan
Tulisan yang bertujuan atau menjelaskan sesuatu bias disebut dengan karangan eksposisi. Karangan eksposisi adalah karangan yang berusaha menjelaskan sesuatu kepada pembaca dengan menunjukkan berbagai bukti kongkrit dengan tujuan menambah pengetahuan pembaca.

b. Menyakinkan atau mendesak
Pernahkah anda mendengar kalimat dalam sebuah diskusi kelas apa argument saudara?
Arti argument tersebut adalah alasan untuk meyakinkan seseorang dengan demikian tujuan tulisan ini adalah meyakinkan pembaca bahwa apa yang disampaikan penulis benar sehingga penulis berharap pembaca mau mengikuti pendapat penulis.

c. Menceritakan Sesuatu
Tulisan yang bertujuan menceritakan sesuatu kejadian kepada pembaca atau disebut dengan karangan narasi.
d. Mempengaruhi Pembaca
Mungkin anda pernah mendengar janji-janji yang disampaikan oleh juru kampanye pada suratkabar atau majalah dan apa yang di sampaikan dalam majalah tersebut bertujuan untuk mempengaruhi atau membujuk pembaca agar mengikuti kehendak penulis dengan menampilkan bukti-bukti yang sipatnya emosi (tidaknyata).

e. Menggambarkan sesuatu
Penulis karangan deskripsi tak ubahnya seorang pelukis. Hal yang membedakan keduanya adalah media yang digunakan yaitu pena dan kanpas. Penulis karangan deskripsi ingin agar pembaca ikut seolah-olah merasa, melihat, meraba, atau menikmati objek yang dilukiskan penulis.
Dari beberapa pendapat para pakar yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis mempunyai tujuan yang khusus seperti menginformasikan, melukiskan, dan menyarankan. Tujuan menulis adalah memproyeksikan sesuatu mengenai diri seseorang kedalam sepenggal tulisan. Penulis memegang sesuatu peranan tertentu dalam tulisannya mengandung nada yang sesuai dengan maksud dan tujuan.

2.2.2 Hakikat Paragraf

Istilah paragraf mempunyai acuan yang bermacam-macam. Paragraf adalah sekumpulan kalimat yang merupakan pengembangan dan ilustrasi dari sebuah pikiran atau gagasan utama.
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan (Akhadiah 1988: 144). Paragraf juga dapat dikatakan karangan yang paling pendek (singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan dimana suatu gagasan mulai dan berakhir.
Ahmadi (1991: 1) menyatakan paragraf adalah suatu satuan pikiran atau perasaan, suatu satuan susunan teratur, satuan-satuan yang lebih kecil (kalimat-kalimat) dan berfungsi sebagai bagian dari suatu satuan yang lebih besar (keseluruhan komposisi).
Lain halnya dengan Keraf yang menyebut paragraf dengan alinea. Menurut Keraf (1993: 62) alinea adalah suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat.
Wiyanto (2004: 15) menyatakan paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling berhubungan dan bersama-sama menjelaskan satu unit buah pikiran untuk mendukung buah pikiran yang lebih besar, yaitu buah pikiran yang diungkapkan dalam seluruh tulisan.
Paragraf menurut Mustakim (1994: 112) adalah suatu bentuk pengungkapan gagasan yang terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang di dukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup.
Jadi paragraf adalah sekelompok kalimat yang tersusun dalam membuat gagasan atau pikiran utama yang dikembangkan oleh penulis untuk mencapai suatu kejelasan tertentu bagi pembacanya.
2.2.2.1 Syarat-Syarat Paragraf

Paragraf sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan. Menurut Akhadiah (1988:148) dalam pengembangan paragraf, harus menyajikan dan mengorganisasikan gagasan menjadi suatu paragraf yang memenuhi persyaratan. Persyaratan itu ialah sebagai berikut pertama adalah kesatuan, tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan pokok tersebut. Jadi, satu paragraf hanya boleh mengandung satu gagasan pokok atau topik. Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan pokok tersebut. Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik. Semua kalimat terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan.
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah koherensi atau kepaduan. Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang mesing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi di bangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur, akan memperlihatkan adanya kepaduan. Jadinya, kepaduan atau koherensi dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat.
Syarat ketiga adalah kelengkapan, suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Sebaliknya suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.
Menurut Sakri (1992: 2) ada tiga sifat yang harus dimiliki oleh sebuah paragraf agar dapat menyampaikan gagasan dengan baik. Tiga sifat yang harus dipenuhi sebuah paragraf adalah (1) Paragraf harus memiliki kesatuan yang artinya, seluruh uraiannya terpusat pada satu gagasan saja, (2) Paragraf harus memiliki kesetalian yang artinya, kalimat didalamnya berhubungan sesamanya dengan bermakna bagi pembaca, (3) Paragraf harus memiliki isi yang memadai yakni memiliki sejumlah rincian yang terpilih dengan patut sebagai pendukung gagasan utama paragraf.
Syarat-siyarat pembentukan alinea menurut Keraf (1993:67) adalah (1) Kesatuan, kesatuan dalam alinea adalah bahwa semua kalimat yang membina alinea itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu, (2) Koherensi, koherensi yang dimaksud di sini adalah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk alinea itu, (3) Perkembangan alinea, perkembangan alinea ini adalah penyusunan atau perincian daripada gagasan-gagasan yang membina alinea itu.
Lain halnya dengan Mustakim (1994:115) sebuah paragraf yang baik hendaknya dapat memenuhi dua kriteria atau persyaratan, yaitu kesatuan (kohesi), sebuah paragraf harus memiliki sebuah kesatuan. Kesatuan menyangkut keeratan hubungan makna antar gagasan dalam sebuah paragraf. Sebuah paragraf hanya mengandung satu gagasan utama, yang diikuti oleh beberapa gagasan pengembang atau penjelas. Oleh karena itu, rangkaian kalimat yang terjalin dalam sebuah paragraf hanya mempersoalkan satu masalah atau satu gagasan utama. Dengan demikian, jika dalam satu paragraf terdapat dua gagasan utama itu seharusnya dituangkan dalam paragraf yang berbeda. Sebaliknya, jika dua buah paragraf hanya mengandung satu gagasan utama, kedua paragraf itu seharusnya digabungkan menjadi satu.
Kriteria kedua adalah kepaduan (koherensi), sebuah paragraf harus memiliki sebuah kepaduan. Kepaduan sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan sebuah paragraf juga harus memperlihatkan kepaduan hubungan antar kalimat yang terjalin didalamnya. Kepaduan paragraf dapat diketahui dari susunan kalimat yang sistematis, logis, dan mudah dipahami. Jadi siyarat paragraf yang baik adalah suatu paragraf yang didalamnya terdapat kesatuan (kohesi), kepaduan (koherensi), dan kesesuaian dalam pengembangan gagasan dengan rincian gagasan yang ada.

2.2.2.2 Fungsi paragraf

Widjono hs (2007:175) dalam karangan yang panjang, paragraf mempunyai arti dan fungsi yang penting dengan paragraf itu pengarang dapat mengekspresikan keseluruhan gagasan secara utuh, runtun, lengkap, menyatu dan sempurna sehingga dapat bermakna dan dapat dipahami oleh pembaca sesuai dengan keinginan penulisnya. lebih jauh dari pada itu, paragraf dapat mendinamiskan sebuah karangan sehingga menjadi lebih hidup, dinamis dan enerjik sehingga pembaca menjadi penuh semangat. Artinya paragraf mempunyai fungsi srtrategis dalam menjembatani gagasan penulis dan peembacanya. Di bawah ini dapat diuraikan secara singkat mengenai fungsi faragraf:
1. Mengekspresikan gagasan tertulis dengan member bentuk suara pikiran dan perasaan kedalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis dalam suatu kesatuan.
2. Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri dari beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.
3. Memudahkan mengorganisasikan gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi pembaca.
4. Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil, dan
5. Memudahkan pengendalian pariabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa pariabel.
Karangan yang terdiri dari beberapa paraggraf masing-masing berisi pikiran-pikiran utama dan diikuti oleh sub-sub pikiran penjelas, sebuah paragraf belum cukup untuk mengujudkan keseluruhan karangan meskipun begitu sebuah paragraf sudah merupakan satu sajian informasi yang utuh ada kalanya sebuah karangan hanya terdiri dari satu paragraf karena karangan itu hanya berisi satu pikiran .
Untuk mengujudkan satu kesatuan pikiran sebuah paraagraf yang terdiri dari satu satu pikiran utama dan beberapa pikiran pengembang dapat kita polakan sebagai berikut: pikiran utama, beberapa pikiran pengembang, pikiran penjelas, atau pikiran pendukung.
Pikiran pikiran pengembang dapat dibedakan kedudukanya sebagai pikiran pendukung dan pikiran penjelas, sebuah pikiran utama akan dikembangkan dengan beberapa pikiran pendukung dan pikiran pendukung akan dikembangkan denagn beberapa pikiran penjelas.

2.2.2.3 Jenis-Jenis Paragraf

Widjono Hs (2007:190-195) kita dapat berbicara tentang paraagraf dari berbagai sudut pandang (1) Sudut pandang dari segi isi atau pikiran yang dikemukakan (paragraf narasi, paragraf eksposisi, paragraf argumentasi) atau (2) Sudut pandang penalaran (paragraf induksi, paragraf deduksi, paragraf induksi-deduksi) atau (3) Sudut pandang tempat dan pungsinya didalam karangan (paragraf pengantar, paragraf pengembang, paragraf penutup) seluruh jenis paragraf tersebut harus anda kuasai dengan baik. Pada bagian ini kita akan membahas jenis paragraf menurut pungsinya dalam karangan sebagai berikut:

A. Paragraf Pengantar
Tamu harus mengetuk pintu rumah agar tuan rumah membukakan pintu baginya. Pengarang ingin “bertamu” ke “rumah” pembaca. Pengarang harus mengetuk pintu hati pembaca agar dapat dibukakan pintu hatinya. Mengetuk pintu dan mengucapkan sepada bila akan bertamu kepada pembaca berfungsi sebagi pengantar. Dalam paragraf pengatar disini berfungsi untuk memberitahukan latar belakang, tujuan, dan anggapan dasar. Pengantar yang baik akan berhasil mengetuk hati dan memperoleh simpati, menggugah gairah, dan minat oranglain untuk mengetahui lebih banyak. Adapun fungsi paragraf pengantar yaitu;
a. Menunjukkan pokok persoalan yang mendasari masalah.
b. Menarik minat pembaca dengan mengungkapkan latar belakang pentingnya pemecahan masalah.
c. Mengatakan tsis yaitu ide sentral karangan yang akan di bahas.
d. Menyatakan pendirian (peryataan maksud) bagai mana persiapan ke arah pendirian selengkapnya sampai dengan akhir karangan.

B. Paragraf Pengembang
Paragraf pengembang yaitu paragraf yang berpungsi menerangkan atau menguraikan segala pokok karagan, fungsi dari paragraf pengembang ini adalah:
a. Menguraikan, mendeskrifsikan, membandingkan, menghubungkan, menjelaska, atau menerangkan. Kata-kata yang lasim digunakan: mengidentifikasi, menganalisis, detail,
b. Menolak konsep: alasan, argumentasi, (pembuktian), contoh, alasan, fakta, rincian, menyajikan dukungan.
c. Mendukung konsep: argument, argumentasi, contoh, alasan,fakta,rincian.kata-kata yang lazim digunakan: tambahan pula, lebih jauh, sejalan dengan hal itu, sesungguhnya sesuai dngan, seimbang dengan, pertimbangan lain.

C. Paragraf Peralihan
Paragraf peralihan yaitu paragraf penghubung yang terletak di antara paragraf penghubung yang terletak diantara dua paragraf utama. Paragraf ini relatif pendek, yang berfungsi sebagai penghubung antar paragraf utama, memudahkan pikiran pembaca beralih kegagasan lain dalan menulis.

D. Paragraf Penutup
Selesai berkomunikasi dan menyampaikan gagasan, kita perlu meningalkan kesan yang kuat dan mendalam. Kita harapkan pembaca mengenang kesan tersebut. Dalam berkomunikasi dengan pembaca kita berhaharap agar komunikasi tidak sebatas dengan membaca tapi daya guna yang besar dan kesan yang kuat pula. Oleh karena itu paragraf pengantar dan paragraf penutup perlu di perhatikan sunguh-sunguh oleh penulis karena kerap kali pembaca terlebih dahulu hanya membaca ke dua jenis pargraf itu untuk mencari dan mengetahui sesuatu. Adapun fungsi dari paragraf penutup ini adalah:
1. Sebagi penutup, menyatakan bahwa karangan telah selesai. Komunikasi melalui karangan yang telah dibacanya telah ditutup, namun semangat yang besar dan segar di harapkan terus berlanjut.
2. Mengingatkan (menegaskan) kepada pembaca akan pentingnaya pokok pembahasan.
3. Memuaskan pembaca untuk mendapat pandangan baru.
4. Menyajikan simpulan.




2.2.3 Pengerian Argumentasi

Dalam suatu kegiatan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat pendirian atau gagasan, perlu diadakan suatu argumen untuk saling mempertahankan atau menolak alasan masing-masing.
Suparman Herusantoso (1988:1-12) argumentasi adalah suatu ragam wacana yang dimaksudkan untuk menyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya. Karena tujuanya meyakinkan pendapat atau pemikiran pembaca maka penulis akan menyajikan secara logis, kritis, dan sistematis bukti-bukti yang dapat memperkuat keobjektifan dan kebenaran yang disampaikan sehingga dapat menghapus konflik dan keraguan pembaca terhadap pendapat penulis.
Dalam kamus belanda-Indonesia (wojowasito, 2001:45) istilah argument diartikan bukti sanggahan, alasan, pembatasan, dan argumentatif diartikan sebagai hal memberikan alasan dengan cara tertentu, debat, pembahasan.dalam kamus Inggris-Indonesia ditemukan istilah argumen yang diberikan arti alasan, perdebatan, bukti, pembantahan, dan argumentation diberikan arti sebagai pemberian alasan dengan cara tertentu, debat, pembahasan. Dalam kamus bahasa Indonesia argumen diartikan sebagai alasan berupa uraian penjelasan dan argumentasi diartikan sebagai pemberian alasan yang diuraikan secara jelas untuk memperkuat suatu pendapat.
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan pengertian argumentasi diartikan sebagai mengajukan alasan berupa uraian penjelasan yang diuraikan secara jelas, berupa serangkaian pernyataan yang secara logis berkaitan dengan pernyataan berikutnya yang disebut dengan konklusi, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan .

2.2.4 Hakekat Media

2.2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Menurut bovee dalam bukunya (hujar AH sanaky (2009:3) media pembelajaran adalah sebuah alat yang berpungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antar pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Dapat dikatakana bahwa, bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan bentuk-bentuk stimulus dapat dapat dipergunakan sebagai media, diantaranya adalah hubungan atau intraksi manusia, realitas, gambar bergerak atau tidak, tulisan dan suara yang direkam. Maka dengan kelima bentuk stimulus ini, akan membantu pembelajar mempelajari bahan pelajaran atau dapat disimpulkan bentuk-bentuk stimulus yang dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran adalah suara, lihat, dan gerak.
Banyak pengertian atau batasan yang dikemukakan oleh para ahli tentang media diantaranya adalah:
Asosiasi teknologi dan komunikasi pendidikan association of education and communicatiaon technology (AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. National education association (NEA) mengatakan bahwa “media” adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio-visual serta peralatanya .
Gagne mengatakan dalam bukunya (hujair AH.sanaky, 2009:3) mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar. Begitu juga briggs (1970) mengatakan media adalah segala wahana atau alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar. Y miarso mengatakan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemajuan pembelajaran sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar terhadap diri pembelajarnya.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagi peraantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efesiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Dalam pengertian yang lebih luas media pembelajaran adalah alat, metode dan teknik yang diguunakan dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan intraksi atara pengajar dan pembelajar dalam proses pembelajaran di kelas.

2.2.4.2 Tujuan Dan Manfaat Media Pembelajaran

1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan media pembelajaran sebagai media alat bantu pembelajaran, adalah sebagai berikut:
a. Mempermudah proses belajar di kelas.
b. Meningkatkan efesiensi proses pembelajaran.
c. Menjaga relepansi antar materi pelajaran dengan tujuan belajar, dan
d. Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.

2 Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Pelajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, dapat lebih dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik.
c. Metode pembelajaran berpariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak konsen, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.
d. Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang di lakukan seperti: mengmati, melakukan, mendemontrasikan, dan lain-lain
a. Manfaat media pembelajaran bagi pengajar yaitu:
- Memberikan pedoman, arah untuk penetapan tujuan,
- Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik,
- Memberikan kerangka sistematis mengajar secara baik,
- Memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran,
- Membantu kecermatan, ketelitian dalam menyajikan meteri pelajaran,
- Membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar, dan
- Meningkatkan kualitas pengajaran.
b. Manfaat media pembelajaran bagi pembelaja, yaitu:
- Meningkatkan motivasi belajar pembelajar,
- Memberikan dan meningkatkan pariasi belajar mengajar,
- Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan pembelajar untuk belajar,
- Memberikan inti informasi, pokok-pokok secara sistematik sehingga memudahkan pembelajar untuk belajar,
- Merangsang pembelajar untuk berpikir dan ber analisis,
- Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan, dan
- Pembelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran.

3. Fungsi Media Pembelajaran.
Media pembelajaran berpungsi untuk merangsang pembelajar dengan:
a. Menghadirkan objek sebenarnya dan objek yang langka,
b. Membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya,
c. Membuat konsep abstrak ke konsep konkrit,
d. Memberi kesamaan persepsi,
e. Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak,
f. Menyajikan ulang informasi secara konsisten, dan
g. Memberi suasana belajar yang tidak tertekan, santai, dan menarik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Selain pungsi di atas, livie dan lentz dalam bukunya hujair AH sanaky (2009:6-7) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran yang khususnya pada media visual, yaitu fungsi etensi, fungsi efektif, fungsi kognitif, dan fungsi konpensatoris. Masing-masing fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Fungsi etensi berarti media visual merupakan inti, menarik, dan mengarahkan perhatian pembelajar untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran
2. Fungsi efektif maksudnya, media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan pembelajar ketika belajar membaca teks bergambar. Lambing atau gambar pisual akan dapat menggugah emosi dan sikap pembelajar.
3. Fungsi kognitif bermakna media visual mengungkapkan bahwa lambaang visual memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mendengar informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi konfesatoris artinya media visual memberikan konteks untuk memahami teks membantu pembelajar yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan menginggatkanya kembali.
Dalam empat fungsi media visual, ndapat dikatakan bahwa belajar dari pesan visual memerlukan ketrampilan tersendiri, karena melihat pesan visual tidak dengan sendirinya akan mudah memahami atau mampu belajar. Pembelajar harus di bimbing dalam menerima atau menyimak pesan visual secara tepat misalnya, kita meminta kepada pembelajar untuk menterjemahkan suatu gambar visual dalam bentuk draf, tentu saja pengajar akan mendapatkan jawaban yang berbeda dari masing pembelajar. Katakan saja, seorang pembelajar yang terbiasa dengan gambar sketsa, maka secara kognitif dan efektif akan menterjemahkan gambar tersebut dengan baik. Tetapi bagi siswa yang belum terbiasa atau kurang memiliki pengetahuan tentang gambar sketsa, akan menterjemahkan dengan menggunakan perkiraan saja.

4. Ciri Umum Media Pembelajaran
Media pembelajaran identik artinya, dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata raga yaitu suatu bentuk yang dapat di raba, di lihat, di dengar, di amati melalui pancaindra, hujair AH sanaky (2009:39) tekanan utama media adakala terletak pada benda atau hal-hal yang di lihat, di dengar, dan di raba. Media pembelajaran digunakan dalam hubungan (komunikasi) dalam peroses pembelajaran antara pengajar dan pembelajar. Media pembelajaran adalah semacam alat bantu dalam proses pembelajaran, baik di kelas atau di luar kelas. Dalam pengertian lain, media pembelajaran merupakan suatu perantara (medium, media) dan dalam rangka pendidikan dan pengajaran. Dengan demikian, media pembelajaran mengandung aspek alat dan teknik yang sangat erat kaitanya dengan metode pembelajaran.
Dari ciri-ciri yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan media pembelajaran sarana, metode, teknik, untuk lebih mengefektipkan intraksi dan komunikasi antar pengajar dengan pembelajar dalam pembelajaran di kelas, jadi media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan, dan menurut bovee dalam bukunya hujair AH sanaky(2009:40) media pembelajaran adalah sebuah alat yang berpungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Sedangkan pembelajaran dalah proses komunikasi antar pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan dengan baik tanpa ada bantuan sarana penyampain pesan atau yang di sebut dengan media.

2.2.5 Pengertian Karikatur

Totok Djuroto (2000:82) karikatur (caricature/cartoon) adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus. Semula karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka. Tetapi perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk penyampaian keritik yang sehat. Dikatakan kritik sehat karena penyampaianya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik.
Heru Dwi Waluyanto (2000:128) karikatur merupakan salah satu bentuk karya komunikasi visual yang efektif dalam penyampaian pesan ritik sosial. Dalam karikatur yang baik terdapat perpaduan unsur-unsur kecerdasan, ketajaman dan ketepatan berpikir kritis serta ekspresip dalam menangapi penomena kehidupan masiarakat keritik sosial tersebut di kemas secara humoris.
Dari pengertian karikatur diatas dapat disimpulkan bahwa karikatur adalah suatu bentuk kritikan yang mengutamakan gambar sebagi alat mengkritisi sesuatu dan dipertajam dengan melebih-lebihkan dan bersipat humoris.

2.2.5.1 Karikatur Sebagai Media Komunikasi Visual

Karikatur merupakan salah satu bentuk karya komunikasi visual yang efektif dan mengena dalam penyampaian pesan maupun kritik sosial. Dalam sebuah karikatur yang baik terlihat adanya perpaduan antara unsur-unsur kecerdasan, ketajaman dan ketepatan berpikir secara kritis serta ekspresif dalam bentuk gambar kartun dalam menanggapi fenomena permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas.
Menurut Wilbur Schramm di dalam bukunya “The Process and Effects of Mass Communication”, menjelaskan 4 syarat untuk komunikasi yang berhasil, yaitu :
1. Pesan harus di buat sedemikian rupa, sehingga ia dapat menimbulkan perhatian.
2. Pesan harus dirumuskan sebegitu rupa, sehingga ia mencakup pengertian yang sama dan lambang-lambang yang dimengerti.
3. Pesan harus dapat menimbulkan kebutuhan pribadi dan menyarankan bagaimana kebutuhan itu dapat dipenuhi.
4. Pesan tadi yang bagaimana kebutuhan dapat dipenuhi harus sesuai dengan situasi penerima komunikasi ketika itu.
Pendapat diatas mengandung pengertian betapa pentingnya sebuah komunikasi dalam kehidupan manusia. Pekerjaan komunikasi didalam pengertian hubungan masyarakat melibatkan usaha mengirimkan atau meyampaikan pesan yang berupa lambang, bahasa lisan, tertulis, atau gambar dari sumber kepada khalayak dengan mempergunakan satu atau beberapa media sebagai saluran dari pesan atau lambang tadi, (misalnya surat kabar, majalah, buku, brosur, surat ataupun lisan), tujuannya untuk mempengaruhi pendapat atau sikap dan tindakan orang-orang yang menerima pesan itu tadi.
Masyarakat lebih menyukai informasi bergambar jika dibandingkan dengan yang berbentuk tulisan, karena melihat gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Dengan kata lain media gambar merupakan metode yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman, walau gambar tidak disertai dengan tulisan sekalipun. Gambar berdiri sendiri dan selalu memiliki subyek yang mudah dipahami, sebagai simbol yang jelas dan mudah dikenal.















BAB III
METODE PENELITIAN

Metode dalam penelitian tindakan kelas ini mempunyai peranan yang sangat penting metode tersebut akan memberikan arahan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian. Karena metode adalah alat untuk mencapai tujuan. Kesalahan di dalam memilih metode dalam penelitian akan membawa penyimpangan dalam hal penelitian.
Menurut Netra (1974:1) Metode adalah langkah yang harus di tempuh oleh peneliti untuk mencapai tujuan. Disamping itu metode juga diartikan sebagai cara yang teratur dan berfikir baik untuk mencapai suatu maksud dan tujuan. Dengan demikian dalam bab ini disajikan metode penelitian menulis paragraf argumentasi dengan media karikatur yang meliputi: (1) Setting penelitian,(2) Persiapan penelitian tindakan kelas, (3) Subjek penelitian, (4) Objek penelitian, (5) Sumber data, (6) Metode pengumpulan data, (7) Indikator kinerja, (8) Metode pengolahan data, (9) Prosedur penelitian.

3.1 Setting Penelitian

Setting di dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi: (1) Tempat penelitian, (2) Waktu penelitian, dan (3) Siklus penelitian tindakan kelas yang dijabarkan sebagai berikut:
3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Petang, Badung. Yang berlokasi dijalan Bedugul kecamatan Petang kabupaten Badung Provinsi Bali, dan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XA tahun pelajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang dari 16 Laki-laki dan 15 perempuan.
Pemilihan sekolah ini menjadi sasaran penelitian guna bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di sekolah Negeri 1 Petang tempat peneliti praktek mengajar.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada pertengahan tahun ajaran 2010/2011 yaitu pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2010.

3.1.3 Siklus PTK

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang merupakan bentuk kajian yang sistematis reflektif, dilakukan oleh pelaku tindakan (guru), dan dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran (Depdiknas 2004:7) penelitian tindakan kelas terdiri atas dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II,
Tindakan dalam penelitian ini, rencananya akan dilakukan dalam dua siklus, siklus I yang meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi merupakan awal kegiatan penelitian untuk mengetahui kondisi awal siswa mengenai kemampuan siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis paragraf argumentasi dengan media karikatur Dengan adanya refleksi yang meliputi analisis dan penilaian pada proses tindakan pada siklus I, akan muncul penilaian baru guna mengatasi permasalahan tersebut sehingga memerlukan perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, dan refleksi ulang pada siklus II.
Siklus I bertujuan untuk mengetahui keterampilan menulis paragraf argumentasi siswa, kemudian dipakai sebagai refleksi untuk melakukan siklus II. Pada siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis paragraf argumentasi melalui media karikatur setelah dilakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran yang didasarkan pada refleksi siklus I.

3.2 Persiapan PTK

Sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan maka perlu dibuat beberapa input instrument yang akan digunakan untuk memberi perlakuan terhadap guru dan siswa. Persiapan yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
1. Membuat RPP yang akan dijadikan penelitian tindakan kelas dengan mengacu:
Standar kopetensi : Menulis wacanayangbercorak naratif, deskriftif, ekspositoris, dan argumentasi
Kompetensi dasar : Menyusun argumentasi dengan tujuan untuk meyakinkan Pembaca tentang suatu pristiwa kerja agar menerima suatu sikap dan opini secara logis.

3.3 Subjek Penelitian

Sesuai dengan apa yang telah diuraikan dalam bagian latar belakang masalah diawal bahwa subjek penelitian ini adalah Siswa Kelas XA SMA Negeri 1 Petang, Badung. Mengapa kelas ini menjadi target penelitian tindakan karena diantara kelas paralel lainya kelas inilah yang tergolong hasil belajarnya paling rendah terutama dalam kompetensi dasar menulis khususnya menulis paragraf argumentasi. Hal ini dapat dilihat dari tes awal yang menunjukkan bahwa dari 31 siswa hanya 2 siswa yang mendapat nilai di atas 70 sedangkan kreteria ketuntasan minimalnya adalah 70, berarti 94% siswa belum tuntas dalam kopetensi dasar menulis paragraf.
Maka dengan demikian diambil keputusan bahwa diadakanya penelitian tindakan di kelas yang bersangkutan agar dapat menemukan tindakan yang tepat dalam kegiatan pembelajaran menulis paragraf argumentasi dengan media karikatur.




3.4 Objek Penelitian

Ojek dari penelitian tindakan kelas ini adalah media karikatur yang dimaksudkan disini adalah setelah siswa dapat mengidentifikasikan atau mengamati gambar karikatur tersebut (Lampiran1) siswa dapat: (1) Menulis paragraf argumentasi dengan tema dari karikatur tersebut, (2) Menafsirkan pesan atau kritikan yang disampaikan oleh karikatur tersebut.

3.5 Sumber Data

Sumber data adalah sumber yang bisa memberikan data-data yang bias membantu berlangsungnya penelitian tindakan kelas tersebut. Sumber data yang dapat di pilih dalam penelitian tindakan kelas ini adalah bersumber dari: (1) siswa, (2) guru.

3.5.1 Siswa.

Untuk mendapat data tentang hasil belajar dan aktipitas siswa dalam proses belajar mengajar berlangsung.




3.5.2 Guru.

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran media karikatur dalam meningkatkan hasil menulis pargraf argumentasi siswa dalam proses belajar mengajar.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah metode yang khusus digunakan untuk mengumpulkan data. Sebenarnya banyak alat-alat yang diguakan dalam pengumpulan data, akan tetapi untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan harapan peneliti maka metode yang di pergunakan harus tepat.
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik penilaian hasil ulangan harian sebagai data kuantitatif sedangkan pengambilan data dengan menggunakan teknik observasi dan angket untuk data kualitatif .
Data untuk keperluan analisis data kuantitatif diperoleh dari penilaian tes menulis paragrapf argumentasi dilakukan tiga kali penilaian terhadap materi pembelajaran menulis paragraf argumentasi yaitu pada tes awal, siklus I, dan siklus II, Untuk keperluan data kualitatif diperoleh dari kegiatan pengamatan, dan angket.
Selanjutnya observasi dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh gambaran secara objektif serta mengamati sikap siswa selama tindakan penelitian dilakukan. Sedangkan, angket ini bertujuan untuk mengungkapkan tanggapan balik siswa dan dampak dari aktipitas tindakan.
Instrument yang digunakan dalam mengumpulkan data menulis paragraf argumentasi adalah: (1) tes, (2) wawancara, (3) observasi, (4) angket, (5) diskusi.

3.6.1 Tes

Menurut kunandar (2008:186) tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada orang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek pisikologis didalam dirinya.
Di tinjau dari sudut pandangnya, nurkancana dan sumartana (1986:24-41) menyatakan bahwa tes dapat dibedakan atas beberapa jenis yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Berdasarkan atas jumlah peserta atau pengikut tes maka tes dapat dibedakan atas dua jenis, (1) tes individual yaitu suatu tes, dimana pada saat tes itu diberikan, kita hanya mengadapi satu orang anak saja, dan (2) tes kelompok yaitu suatu tes, dimana pada saat tes itu diberikan, kita menghadapi sekelompok anak.
b. Berdasarkan dari segi penyusunanya, tes dapat dibedakan atas tiga jenis: (1) Tes buatan sendiri yaitu tes yang disusun sendiri, (2) Tes buatan orang lain yaitu suatu tes yang tidak distandarisasikan, dimana tes yang digunakan adalah tes-tes yang dibuat oleh orang lain yang dianggap cukup baik, dan (3) tes standar atau tes yang telah distandarisasikan yaitu tes-tes yang cukup valid dan reliable berdasarkan atas percobaan-percobaan terhadap sempel yang cukup luas dan representatif.
c. Berdasarkan dari bentuk jawaban dan respon, maka tes dibedakan menjadi dua jenis: (1) tes tindakan yaitu suatu tes, di mana jawaban atau respon yang diberikan oleh anak itu berbentuk tingkah laku sesuai dengan perintah atau pertanyaan yang diberikan, dan (2) tes verbal yaitu suatu tes, dimana jawaban atau respon yang diberikan oleh anak berbentuk bahasa, baik bahasa lisan atau bahasa tulis sesuai dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan .
d. Berdasarkan dari bentuk pertanyaan yang diberikan, tes dapat dilakukan atas dua jenis (1) tes objektif yaitu suatu tes yang terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan cara memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif yang tersedia atau dengan mengisi jawaban yang benar dengan beberapa perkataan atau symbol, dan (2) tes esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu bentuk pertanyaan atau suatu suruhan yang menghendaki jawaban berupa uraian-uraian yang relatif panjang.

3.6.2 Wawancara

Selanjutnya dengan mengunakan metode wawancara sementara itu menurut Hopkins dalam bukunya kunandar (2008:157) wawancara adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihaat dari sudut pandang yang lain, dan instrumen yang digunakan untu mengumpulkan data pelaksanaan tindakan yang direncanakan adalah observasi.


3.6.3 Observasi

Obserpasi adalah kegiatan pengamatan atau pengambilan data untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran, selanjutnya instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai tanggapan balik siswa dan dampak dari aktifitas tindakan selama proses berlangsung adalah lembar angket.

3.6.4 Angket

Angket adalah teknik pengumpulan data melalui polmulir-pormulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis dan selanjutnya dengan mengunakan metode diskusi.

3.6.5 Diskusi

Diskusi disisni dimaksudkan adalah seorang peneliti di dalam memperoleh data harus mengadakan diskusi baik dengan pihak guru dan seswa.

3.7 Indikator Kinerja

Kunandar (2008:127) indikator kinerja adalah suatu kreteria yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu proses belajar mengajar, indikator kinerja yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini adalah berupa indikator kinerja guru dan indikator kinerja siswa.


3.7.1 Guru

Indikator yang di peroleh guru berupa:
1. Dokumentasi : kehadiran siswa
2. Observasi : hasil observasi

3.7.2 Siswa

Indikator kinerja yang di peroleh oleh siswa berupa:
1. Tes : Hasil evaluasi kemampuan menulis paragraf argumentasi.
2. Observasi : Keaktipan siswa dalam proses belajar menulis paragraf argumentasi.

3.8 Metode Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan, maka dilakukan pengolahan, untuk mengolah data tersebut dilakukan metode statistik deskriftif dan metode kualitatif.
Suharsini arikunto (1993:25) metode deskriftif adalah metode yang di pakai apabila menjelaskan atau menerangkan pristiwa untuk mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa banyak, sejauh mana, dan sebagainya.
Nurulzuriah (2005:217) mengatakan analisis data kualitatif adalah proses pelacakan atau pengaturan secara sistematis transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat di interprentasikan temuanya terhadap orang lain.
Pengolahan hasil belajar tersebut dapat di peroleh dari (1) hasil belajar, (2) aktipitas siswa, (3) pelaksanaan pembelajaran dengan media karikatur.

3.8.1 Hasil Belajar

Dalam hal ini hasil belajar merupakan hasil pelaksanaan tindakan yang ditetapkan atau yang memberikan perbaikan terhadap hasil pembelajaran menulis paragraf argumentasi siswa. Dengan demikian hasil yang diperoleh tersebut akan di analisis melalui teknik deskriftif - kualitatif.
Berdasarkan hasil yang diperoleh siswa didalam menulis paragraf argumentasi, maka dalam penelitian tindakan kelas ini mengunakan sekala seratus yang berangkat dari 0-100. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
1. Mencari sekor rata-rata.
2. Menentukan predikat kemampuan siswa.
3. Membuat pedoman konvensi.
3.8.1.1 Mencari Sekor Rata-Rata

Mencari sekor rata-rata adalah langkah yang harus ditempuh untuk mengetahui kemampuan siswa secara umum siswa kelas XA SMA Negeri 1 Petang, Badung tahun pelajaran 2010/2011 dalam menulis paragraf argumentasi kemampuan ini dapat dilihat dari sekor rata-rata yang diperoleh oleh siswa, untuk mencari sekor rata-rata siswa maka digunakan rumus sebagai berikut.



Keterangan:
M = Mean (skor rata-rata).
∑fx = Jumlah hasil dengan frekuensi.
N = jumlah individu.

(Nurkancana dan Sunarta, 1986:151-152)

3.8.1.2 Membuat Pedoman Konvensi

Setelah masing-masing siklus dilaksanakan lembar jawaban siswa akan di lanjutkan dengan tahap pemeriksaan, untuk kemampuan menulis paragraf argumentasi siswa dilakukan dengan satu tahap yaitu pensekoran yang didasarkan atas kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi dengan media karikatur, dan dilanjutkan dengan mengubah sekor mentah menjadi sekor standar dengan membbuat pedoman konvensi.
Di dalam menkonvensikan sekor mentah menjadi sekor standar di dalam pensekoran menulis paragraf argumentasi dengan media karikatur kreteria penilainya adalah sebagai berikut
1. Ide pokok yang disampaikan karikatur.
2. Kesesuaian judul dan kalimat.
3. Penggunaan bahasa.
4. Penggunaan tanda baca/ejaan
5. Kerapian tulisan
Adapun pemberian skor ke lima aspek tersebut di atas maka digunnakan sekala liker seperti di bawah ini:
Table 3.2 Sekala liker untuk menuliskan dan mengidentivikasi paragraph dan karikatur.









Berdasarkan pemerolehan tabel diatas, maka dibuat pedoman konvensi dengan mengunakan norma absolute sekala seratus dengan menggunakan rumus:


Keterangan :
P = Persentil.
X = Skor yang dicapai.
SMI = Skot maksimal ideal.
Untuk memudahkan penghitungan skor yang menggunakan sekala liker maka digunakan table sebagai berikut:

Table 3.3 tes II Menulis paragraf argumentasi dengan media karikatur.









Selanjutnya, setelah skor menulis paragraf argumentasi dengan media karikatur sudah diperoleh maka tahap trakhir yaitu menggabungkan hasil skor standar dari 31 siswa maka dari hasil itulah yang disebut hasil kemampuan siswa SMA Negeri 1 Petang, Badung kelas XA di dalam menulis paragraf argumentasi.
Dalam mencapai hasil nilai kemampuan menulis paragraf argumentasi maka dapat menggunakan rumus sebagai berikut:


Keterangan:
M = mean(nilai rata-rata).
Fx = jumlah nilai.
N = jumlah objek peneliti.

3.8.1.3 Menentukan Kretria Predikat Kemampuan Siswa

Untuk menentukan predikat kemampuan siswa dalam menulis paragraf arumentasi, digunakan predikat untuk kemampuan siswa tingkat SMA pada table 3.5 berikut ini. Table 3.5 Kreteria predikat kemampuan siswa.







3.8.2 Aktivitas Siswa

Untuk menganalisis tingkat keaktipan siswa dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia khususnya menulis paragraf argumentasi, peneliti melakukan aktipitas siswa dalam kelompok dalam hal sebagai berikut: (a) minat, (b) perhatian, (c) partisipasi, dan (d) ketuntasan kelompok dalam melaksanakan tugas bersama dan dalam hal ini maka digunakan table sebagai berikut.
Table 3.6 Aktipitas kelompok.









Keterangan:
5. = Sangat baik.
4. = Baik.
3 = Cukup.
2 = Kurang.
1 = Sangat kurang.
Untuk mengetahui sekor aktifitas kelompok siswa dalam proses belajar mengajar menulis khususnya menulis paragraf argumentasi dalam tiap siklusnya menggunakan rumus sebagai berikut:


Keterangan:

P = Persentil.

X = Skor yang di capai.

SMI = Skor maksimal ideal.

Dari hasil analisis tersebut dapat dikatagorikan prolehan nilai dengan predikat, sangat tinggi, tinggi, cukuip, rendah, dan sangat rendah.










3.8.3 Aktifitas guru

Untuk meenganalisis tingkat keaktifan guru dalam memberikan pelajaran menulis paragraf argumentasi dengan media karikatur, dilakukan analisis terhadap aktivitas guru. Adapun aktivitas guru yang dianalisis meliputi: (1) apresiasi, (2) penjelasan materi, (3) penjelasan media karikatur dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi, (4) teknik pembagian kelompok, (5) pengelolaan kegiatan diskusi, (6) pemberian pertanyaan atau kuis, (7) kemampuan melakukan evaluasi, (8) memberian penghargaan, (9) menentukan nilai individu dan kelompok, (10) menyimpulkan materi pembelajaran, dan (11) menutup pembelajaran. Analisis aktivitas guru dilakukan menggunakan table di bawah ini:












Table 3.8 aktivitas guru dalam proses blajar mengajar





















Berdasarkan Table di atas, dapat ditentukan skor standar aktivitas guru dalam proses belajar mengajar menulis paragraf argumentasi dengan media karikatur dapat digunakan rumus:


Keterangan:

P = Persentil.
X = Skor yang di capai.
SMI = Skor maksimal ideal.

Setelah diperoleh skor standar aktivitas akan dikatagorikan dalam klasifikasi sangat tinggi, tinggi, cukup (sedang), rendah, dan sangat rendah









3.8.4 Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentasi Dengan Media Karikatur

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf argumentasi dengan menggunakan media karikatur, peneliti melakukan analisis berdasarkan hasil tes menulis paragraf argumentasi dan aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk dilakukan analisis digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
M = Mean (nilai rata-rata).
Fx = Jumlah nilai.
N = Jumlah sempel peneliti.
Setelah di proleh hasil nilai rata-rata maka dapat diklasipikasikan dengan predikat sangat berhasil, berhasil. Cukup berhasil, kurang berhasil dan, tidak berhasil.









Contoh:
Pada siklis I, di peroleh skor standar hasil tes siswa 77 skor standar aktivitas siswa 80 maka tingkat keberhasilan pembelajaran menulis paragraf argumentasi dengan media karikatur adalah:






3.9 Prosedur Penelitian

Menurut Kurt Lewin dalam kunandar (2008:42) Penelitian tindakan kelas adalah suatu rangkayan tindakan penelitian yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Dalam prosudur penelitian tindakan kelas ini akan di bahas mengenai prosudur (a) penelitian awal, (b) siklus I ,dan (c) siklus II.
3.9.1 Penelitian Awal (pra siklus)

Penelitian kelas diawali dengan proses belajar mengajar tanpa menggunakan media karikatur dalam pembelajaran menulis paragraf khususnya paragraf argumentasi, penelitian awal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menulis paragraf argumentasi dan sebagai titik tolak penelitian dan perbandingan terhadap hasil yang diperoleh setelah menggunakan media karikatur dalam pembelajaran menulis paragraf khususnya paragraf argumentasi.
Dalam penelitian tes awal ini kita harus membuat perencanaan pembelajaran yang berupa (RPP). (Lampiran 2) yang nantinya akan dipakaai acuan di dalam proses belajar mengajar khususnya pembelajaran menulis paragraf argumentasi, dan selanjutnya akan dilanjutkan dengan pengolahan data dari tes awal tersebut dari hasil tes awal yang diperoleh dalam penelitian tindakan sesuai dengan apa yang dikemukakan dalam latar belakang penelitian ini maka perlu diadakan perbaikan karena siswa belum optimal didalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia khususnya menulis paragraf argumentasi, dan dari hasil penelitian awal berdasarkan hasil tes menulis paragraf argumentasi diperoleh skor standar keseluruhan dari 31 siswa yaitu 1600 berdasarkan hasil tes awalmenulis paragraf argumentasi dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis paragraf argumentasi tergolong katagori cukup hal ini ditunjukkan dengan skor perolehan rata-rata mencapai 51,62 sedangkan ketuntasan klasikal tergolong sangat kurang karena telah mencapai 6.45% (Lampiran6).

3.9.2 Siklus I

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siklus I meliputi: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi, (4) tahap refleksi.
1. Tahap Perencanaan
a). Penyusunan persiapan pengajaran siswa dengan pokok bahasan yang akan disajikan tiap pertemuan (RPP)
b). Menyajikan media pembelajaran dengan pokok bahasan yang diajarkan
c). Menentukan metode pengajaran.
d). Menyiapkan alat evaluasi.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
a. Pembagian lembar kerja pada siswa.
b. Membagikan media karikatur kepada siswa.
c. Siswa menuliskan argumen dari karikatur yang dibagikan pada siswa dalam bentuk paragraf.
d. Siswa berdiskusi antar temen terkait paragraf argumentasi dan karikatur
e. Secara bergiliran siswa akan membacakan karya paragrafnya ke depan.
f. Penguatan dan kesimpulan.
g. Kegiatan evaluasi.

3. Tahap Observasi
Tahap observasi ini dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung untuk mengetahui berjalanya siklus sesuai dengan yang direncanakan. Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, observasi diarahkan pada prose itu sendiri, aktipitas menulis paragraf argumentasi siswa, serta evaluasi. Seluruh hasil observasi akan dianalisis oleh peneliti setelah pelaksanaan siklus.
4. Tahap Refleksi
Tahap ini dilakukan setelah semua informasi tindakan terkumpul, informasi tersebut berupa kualitas langkah-langkah yang dilakukan serta perolehan nilai siswa berdasarkan langkah-langkah tersebut dalam refleksi dilakukan analisis yang mendalam terhadap kelebihan dan kekurangan tindakan. Hasil refleksi berupa temuan siklus yang harus ditindak lanjuti, apakah penelitian diakhiri karena telah mencapai sasaran atau di lanjutkan dengan siklus selanjutnya.
Adapun yang menjadi acuan kreteria keberhasilan penelitian tindakan kelas pada siklis I ini adalah:
1. Rata-rata kelas mencapai standar minimal sekitar 70 dengan ketentuan sebagian besar (75%) siswa mampu memperoleh nilai 70-100 pada kemampuan menulis paragraf argumentasi.
2. Sebagian siswa 75% siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Apabila siklus pertama dikatakan gagal atau tidak berhasil, maka peneliti mengambil tindakan yaitu melanjutkan ke siklus II. Penyusunan siklus II ini ditentukan oleh hasil siklus I.

3.9.3 Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi siklus I maka hambatan yang ditemui akan diperbaiki dalam siklus II lebih lengkapnya akan disusun rencana sebagai berikut:


1. Tahap Perencanaan
Penelitian membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
2. Tahap Pelaksanaan
Guru melaksanakan pembelajaran menulis paragraf argumentasi dengan media karikatur berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus I, dan pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf arguimentasi ini guru menggunakan lembar kerja siswa.

3. Pengamatan (Observasi)
Penelitian tindakan ini melakukan pengamatan terhadap siswa di dalam proses belajar mengajar berlangsung, adapun hal yang diamati:
a. Selama proses belajar mengajar berlangsung diamati tingkah laku siswa.
b. Pada akhir proses belajar mengajar dilaksanakan penilaian terhadap hasil belajar dengan menggunakan tes.

4. Refleksi
Penelitian merefleksi terhadap tindakan siklus II untuk memberikan arti dan menyimpulkan hasil penelitian pada tindakan yang berjudul upaya meningkatkan kemampuanmenulis paragraf argumentasi siswa kelas XA SMA Negeri 1 Petang, Badung tahun ajaran 2010/2011.



DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A.1996.Media Pembelajaran.Grafindo : Jakarta
Artana, S.2010.Kemampuan Membaca Wacana Beraksara Bali Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Abang, Kabupaten Karangasem Tahun Pembelajaran 2009/2010.Halm.2
Djuroto, T.2004.Manajemen Penerbitan Pers. Rusdakarya: Jakarta
Dian, R.2007. peningkatan keterampilan menulis paragraf deskripsi melalui metode sugesti-imajinasi dengan media lagu siswa kelas xa sma negeri 2 blora.
Gunartha, W.2007.Diktat Kuliah Evaluasi Hasil Belajar.IKIP PGRI : Denpasar
Kunandar, S.2010.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali : Jakarta
Paramarta, J.2010.Materi Pelatihan Karikatur Presslist. Bogbog : Denpasar
Sanaky, HA.2009.Media Pembelajaran.Safria Insania Press : Yogyakarta
Tukan,P.2006.Mahir Berbahasa Indonesia 1.Ghalia : Jakarta
Widjono,HS.2007.Bahasa Indonesia.Grasindo : Jakarta
Zuriah, N.2007.Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi. Bumi Aksar : Jakarta
Rosidi, I.2009.Menulis…Siapa Takut?. Kanisius : Yogyakarta
Suparno,dkk.2007.Keterampilan Dasar Menulis. Universitas Terbuka : Jakarta
Putranto, YT.2009. Pengertian Karikatur dalam Buku Karikatur dan Politik. Draft. 2 Januari 2009. Digital Karikatur. 29 Nopember 2010.